Red Flag

Lina WH
Chapter #3

Sekecewa Itu

Paginya Ghazea masuk sekolah seperti biasa. Ia duduk di bangkunya sambil membuka buku pelajaran. Ia tetap fokus membaca meskipun omongan sinis dan tatapan tajam teman-temannya tertuju kepadanya. 

Apalagi setelah Manyu datang dengan kening berbalut perban. Mulutnya lihai melontarkan kata-kata pedas layaknya emak-emak yang sedang bergosip.

"Manyu ... kening Lo kenapa? Nyungsep ya?" tanya Fitri, teman sekelas Ghazea.

"Nyungsep apaan? Nih gegara cucu Sirem. Gue dilempar batu," seru Manyu hingga suaranya menggelegar di kelas. 

Ghazea naik pitam. Ia tak suka nama neneknya disebut-sebut untuk mem-bully-nya. 

Tak berapa lama, bel masuk berbunyi. Guru masuk kelas dan menjalankan proses belajar mengajar seperti biasanya. Amarah Ghazea yang masih membara tak bisa ia lampiaskan untuk Manyu saat ini. Ghazea berusaha meredam amarah, berkonsentrasi pada pelajaran dan mengesampingkan sakit hatinya.

Setelah kelas selesai, pak Barra guru mata pelajaran bahasa Inggris menatap Ghazea dengan lekat. 

"Ghazea, nilaimu paling rendah di kelas ini. Bapak sudah berkali-kali membahas materi ini. Bahkan Bapak sering bilang, yang belum paham silakan bertanya. Perasaan kamu tanya terus. Tapi tetap saja nilaimu paling jelek!" Pak Barra berbicara lantang dan menatap Ghazea dengan sinis. 

"Maaf, Pak. Saya kurang memahami pelajaran bahasa Inggris." Ghazea menatap mata pak Barra dengan tatapan iba, berharap pak Barra mengerti keadaannya. 

"Bapak tidak mau tahu, Ghazea. Dikasih remidi pun juga percuma! Kamu harus dihukum, biar giat lagi belajar bahasa Inggris-nya. Hukuman kamu adalah ... tulis soal dan jawaban nomor satu, sebanyak lima ribu kali!" Pak Barra menggebrak meja Ghazea dengan kuat, membuat Ghazea menunduk tanpa berbicara apapun. 

Ejekan teman sekelas pun mulai riuh setelah pak Barra meninggalkan kelas. 

"Ha ha ha ... lima ribu kali?! Mampus Lo!" celetuk Manyu, sambil bertingkah layaknya kera yang sedang berjalan. 

"Bantuin donk, Nyu Manyu! Lo kan tetanggan!" seru Ello. "Sama tetangga kan harus tenggang rasa. Lagi ngebahas itu kan pelajaran PPKn!" lanjut Ello. "TAPI BOHONG!" Kalimat terakhir Ello diucapkan tepat di belakang telinga Ghazea, membuat telinga Ghazea sakit serasa mau pecah. 

Ghazea menutup kedua telinganya sambil menahan tangis. Sekedar info, ketika SD Manyu dan Ghazea berbeda sekolah. Ghazea bersekolah di SD favorit. Dulu ketika main di lingkungan rumah, Manyu dan Ghazea baik-baik saja. Namun setelah Wono dan orang tua Manyu ada masalah, Manyu pun ikut-ikutan memusuhi Ghazea dengan berbagai cara. Padahal Ghazea tak tahu menahu masalah orang tuanya. Wono pun juga tak pernah menceritakan apapun dan men-doktrin apapun kepada Ghazea mengenai masalahnya dengan orang tua Manyu. 

DUUUEEERRRR ....

Manyu menggebrak meja Ghazea dengan gagang sapu ijuk. Ghazea kaget, hingga melompat sambil menutup telinga.

"Apaan Lo! Bayar keningku puluhan kali lipat!" seru Manyu.

Dari belakang Ghazea, Ello jongkok sambil menarik rok Ghazea ke bawah. Untungnya tidak merosot, karena Ghazea menggunakam ikat pinggang dengan benar. 

"Kurang ajar!" Ghazea memutar tubuhnya dengan cepat, lalu menendang kepala Ello dengan kuat. Ello yang masih jongkok dan tak siap menerima tendangan dari Ghazea, akhirnya jatuh tersungkur dengan kepala membentur lantai. 

Ello meringis sejenak, lalu berusaha untuk bangkit. Ia lalu mendorong tubuh Ghazea dengan kuat hingga membentur tembok.

"Aauuuww ...!" pekik Ghazea. 

Lihat selengkapnya