Sowon sedang duduk di sofa sambil menonton acara berita di televisi, sebuah rutinitas yang selalu dia lakukan sebelum berangkat ke sekolah.
"Kak sudah dengar?" Tiba-tiba Sohye, adik Sowon yang berusia 4 tahun lebih muda dan sekarang duduk di bangku kelas 2 di Lol Junior High School duduk di sebelah Sowon.
"Dengar apa?" tanya Sowon bingung.
"Berita tentang sekolah kakak?" balas Sohye, lalu dia mengganti siaran televisinya, "Tuh liat."
Sowon yang tidak mengerti hanya mengikuti arahan Sohye dan menatap serius kearah televisi.
Terlihat keadaan lokasi yang ditunjukkan televisi sangat ramai dan itu adalah sekolahnya.
"Hari ini tepat seminggu semenjak kejadian hilangnya dua siswi SC Senior High School, tidak ada petunjuk apa-apa kecuali sebuah kertas bertuliskan Red Umbrella di dalam loker mereka, dan para saksi sekaligus teman korban bilang kertas itu di temukan seminggu sebelum korban menghilang dan tidak bisa di hubungi. Demikian laporan dari saya, Terimakasih."
Well, Sowon sedikit terkejut karena baru mendengar berita ini setelah seminggu lamanya, mungkin akibat dia selalu tertidur saat jam istirahat dan langsung pulang ketika bel berbunyi.
"Hati-hati kak, jangan sampai terlibat sesuatu seperti itu ya?" Sohye menatap Sowon dengan khawatir.
"Tenang saja, kakak ini sudah besar lagian kakak juga selalu pulang tepat waktu kan?" balas Sowon sambil mengusap pucuk kepala Sohye.
Sohye mengangguk, "Semoga Tuhan selalu melindungi kakak," ucap Sohye lalu memeluk Sowon dengan erat.
~~~~~~~~~~~~~
Eunha menatap lokernya dengan tatapan tidak percaya, sebuah kertas dengan goresan tinta merah di atasnya tertempel di sana.
"Kenapa? Kenapa harus aku?" tanya Eunha bingung.
Eunha bukan siswi yang suka membuat masalah. Eunha selalu taat kepada peraturan yang ada di sekolah. Dari mulai berpakaian rapih dan sopan, mengerjakan tugas, bahkan Eunha tidak pernah meninggalkan kelas dalam keadaan kotor karena dia selalu menyapu kelas setiap pulang sekolah.
Eunha bahkan adalah murid kesayangan guru-guru karena tidak pernah membuat masalah.
"Apa salahku?" Eunha mulai menghapus air matanya yang menetes.
Tapi kenapa dia harus menerima semua ini? Kalau dia menghilang bagaimana nasib ibu dan adiknya?