Red Umbrella

Citra Wardani
Chapter #2

Bagian Kedua : Penyelidikan

Sowon sudah mendengar berita tentang Yerin yang menerima kertas peringatan dari Red Umbrella.

Menurut Sowon teman sekelasnya itu bukan gadis yang bermasalah. Yerin pintar bahkan dia adalah yang termuda di kelasnya.

Lalu apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa harus dia dari seluruh siswa?

"Sowon!" Sowon mengalihkan pandangannya dari sosok Yerin yang duduk di kursi paling depan, kepada Nayeon yang baru saja memasuki.

"Apa?" jawab Sowon dengan nada malas.

Nayeon ini senang sekali bergosip sementara Sowon yang selalu tertidur saat jam istirahat dan tidak tahu informasi apa-apa hanya bisa mendengarkan Nayeon, karena setelahnya Sowon akan kembali ke alam mimpinya.

"Adik kelasmu itu! Yang selalu bersamamu di UKS saat hari senin ia mendapatkan surat peringatan!" Nayeon menjelaskan kepada Sowon.

"Apa?" Sowon langsung bangkit dari tempat duduknya lalu berlari ke kelas Eunha.

Eunha dan Sowon memang anggota UKS dan mereka cukup dekat. Maka dari itu Sowon khawatir ketika mendengar berita Eunha mendapatkan surat dari red umbrella.

"Oh Kak Sowon?"

"Yuju-ya bagaimana keadaan Eunha?" tanya Sowon saat melihat adik kelasnya itu berlari mendekatinya.

"Dia benar-benar terpukul, dia di UKS sekarang," -- Yuju memijat kepalanya yang sakit -- "Kak bagaimana ini?" Yuju terlihat gusar.

"Aku juga tidak tahu, aku baru tahu berita ini tadi pagi di TV, dan tiba-tiba Eunha juga menjadi sasarannya." Sowon sangat khawatir dengan keadaan adik kelasnya yang satu itu.

"Ayo kita ke Uks saja kak, kita bicarakan disana," ajak Yuju karena sepertinya banyak penguping di sana.

"Ayo."

~~~~~~~~~~~

Yerin hanya bisa mendengar apa yang teman-temannya katakan tentang dirinya, tapi tidak ada yang mencoba menghibur dirinya.

Mereka hanya bisa bergosip tanpa mencoba membatu menyelesaikan masalah.

"Setidaknya jika aku pergi kalian semua mungkin akan senang," ucap Yerin pelan.

Yerin tidak punya teman untuk di ajak berbagi, tidak punya seseorang yang akan merasakan kesedihan saat dia pergi.

Bahkan orang tuanya mungkin akan senang, karena bagi mereka Yerin hanya sebuah bayangan.

Kedua orang tuanya lebih memikirkan pekerjaan dan uang, bagi mereka Yerin bukan apa-apa.

Tapi Yerin takut, dia terlalu takut meninggalkan dunia ini, dia belum mendapatkan apa yang dia inginkan di dunia ini.

"Yerin?"

Yerin menoleh mendapati Joy teman sekelasnya berdiri di sampingnya.

Lihat selengkapnya