Red Water Park

Kirana marinta
Chapter #2

Jangan Ke Sana

Nadine makin merasa bingung dengan jalan asing yang dilalui. Setelah berjalan kurang lebih 3 km, mereka diarahkan maps memasuki sebuah terowongan.

Tiga mobil berjalan beriringan pun, tidak akan ada masalah. Terdapat keraguan sekaligus keterkejutan dari wajah ke-8 pengendara mobil ini.

Mereka harus berjalan sangat hati-hati. Karena ada banyak bangkai mobil berserakan di kanan dan kiri jalan.

Seolah ada peristiwa kecelakaan beruntun di sana. Tapi kenapa beritanya tidak sampai ke telinga mereka jika itu benar? Atau..., kecelakaan tersebut belum lama terjadi?

Marteen menghubungi seseorang sambil terus berkonsentrasi mengemudi "Apa yang harus kita lakukan? Turun atau abaikan?"

"Sebaiknya kita keluar dulu dari sini oke, aku merasa kita akan dalam bahaya jika turun sekarang" suara Dimi terdengar tegang.

Jangan berhenti! Atau kalian tidak akan pernah bisa kembali! Pergi! Pergi! suara teriakan dari luar mobil membuat Dimi terlonjak kaget. Dia menatap arah suara.

Jelas suara teriakan dari pasangan Suami Istri yang terjebak di dalam mobil. Kondisi mobil tersebut sudah sangat hancur di bagian depan. Wajah Dimi memucat ketika menyadari yang berteriak padanya adalah mayat yang telah menjadi tengkorak.

Pergi! Jangan datangi tempat terkutuk itu! Lari dan pulang lah! Sebelum terlambat! Bulu kuduk Dimi meremang menyadari suara nyaring tersebut seolah sangat dekat dengan telinganya.

Seorang gadis yang duduk di jok paling belakang bersama Dimi, menekan nomer kontak polisi. Setidaknya jika mereka tidak bisa mencari tahu ada atau tidaknya korban yang masih bertahan hidup, dari segi kemanusiaan, mereka sudah menjalankan kewajiban.

"Menghubungi siapa?" Albert melirik ke arah cermin di antara pengemudi dan penumpang. Memperhatikan kepanikan dua prnumpang di belakang.

"Polisi" mencoba sekali lagi "bahkan tidak ada nada sambung sama sekali" mengernyitkan kening heran.

"Marteen baru saja menghubungi Dimi. Mapsnya berjalan dengan baik. Artinya tempat ini bukan zona susah sinyal" bergumam sambil mengetuk-ngetuk kemudi.

Judith Rose Eryl hanya terdiam tak berkutik. Pacar Albert Tasher ini memang tipe penakut. Bahkan dia phobia terhadap darah.

"Kamu baik-baik saja?" Albert menggenggam tangan Judith lembut. Perubahan rona wajah Judith sudah membuatnya kepikiran.

"Diam dan mengemudi saja. Kita harus keluar dari sini secepatnya" Judith menatap Albert dengan mata berkaca-kaca.

Dug dug dug

Semua mata menatap ke atas atap mobil kecuali Albert. Pemuda ini mana berani mengalihkan pandangan ketika mengemudi?

Ada jejak telapak kaki tiba-tiba muncul di kaca tepat di depan wajah Albert. Spontan membanting setir ke kanan karena terkejut.

"Al!!" Judith memekik memberi tahu mobil mereka akan menabrak mobil lain.

Ciiiiiiit!!

Lihat selengkapnya