"Orlando. Hisashi akan datang paling cepat malam ini, paling lama besok pagi" nada cemas tergambar jelas di wajah Ayah Dimitri.
"Dia akan baik-baik saja. Kami akan menjaganya sampai besok" Robert ingin membantu.
"Tidak. Kalian pasti kelelahan. Pulang dan istirahatlah" Ayah Dimi menggeleng tidak enak hati.
"Kami hanya ingin bertanggung jawab Paman. Niat kami untuk membawanya melakukan perjalanan menyenangkan. Tapi yang ada kami justru membuat kondisi Dimi makin memburuk" Robert bersikeras tidak mau pergi.
"Biarkan saja Paman. Aku juga butuh teman untuk menjaga Dimi" Orlando menengahi "sebaiknya hanya pria yang berjaga. Kalian berempat pulanglah. Sopir kami akan mengantar kalian".
"Kami juga ingin tetap di sini. Tenaga wanita sangat dibutuhkan di rumah ini. Bukan kah begitu Bibi?" Ivana langsung menghampiri Ibu Dimitri "di rumah ini hanya ada penjaga keamanan. Sementara malam ini, akan ada banyak perut yang harus di kenyangkan. Bibi akan sangat kerepotan mengurus kalian sendirian" menjulurkan lidah, pada Orlando jahil.
"Anggap seperti rumah sendiri" Julia terkekeh mengijinkan para wanita ikut menginap. Julia baru bisa tersenyum saat Dimi tidak lagi kejang. Meski demamnya masih belum reda.
Malam makin larut. Hisashi belum juga muncul. Mereka berusaha setenang mungkin karena sudah pasti beliau baru akan tiba besok pagi. Para Wanita tidur di kamar tamu, sementara para pria berkumpul di kamar Dimitri. Hawa di rumah yang tadinya hangat mulai mendingin. Obrolan tidak penting antar teman akhirnya terputus ketika mata mereka terasa berat dan akhirnya tertidur pulas.
Dimitri tiba-tiba duduk di atas tempat tidurnya, dalam keadaan mata masih tertutup rapat. Bahkan napasnya khas napas seseorang yang sedang tidur pulas. Anehnya, kali ini dia berdiri dan berjalan menuju pintu kamar. Bagaimana orang yang terbiasa menggunakan kedua matanya saat berjalan, sekarang bisa berjalan tanpa hambatan menuju pintu dengan mata tertutup?
Brak!
Ceklek!
Pintu terbanting dan terkunci dengan sendirinya. Padahal sangat nyaring sampai terdengar ke kamar tamu. Tapi, para pria di dalam kamar masih terlelap tidak menyadari pintu kamar Dimi terkunci dari luar.
Orlando terlonjak di atas tempat tidurnya. Mendengar suara seseorang membanting pintu di lantai dua. Takut terjadi sesuatu pada Dimitri, membuat rasa kantuk memudar dia melompat turun dari tempat tidur, membuka pintu kamarnya, lalu berlari ke arah tangga.
Orlando melihat seseorang berjalan dengan kepala menunduk menuju pintu balkon lantai dua. Segera dia berlari menaiki tangga. Berulang kali kaki Orlando terpeleset! Untung saja sebelah tangannya mencengkeram kuat pagar tangga.
"Dimi! Berhenti jangan ke sana!" Evelina berteriak panik. Mendapati pintu balkon tiba-tiba terbuka lebar dengan sendirinya. Sementara Dimitri berjalan perlahan menuju balkon "kumohon bangun lah!" mencoba menahan langkah Dimi dengan memeluknya dari belakang.
Kekuatan pria tersebut tampaknya menjadi 3 kali lipat lebih besar. Terbukti, Evelina sampai terseret melewati pintu, menuju balkon dalam keadaan masih memeluk kekasihnya itu.