Sial!
Mikha bangun tepat lima belas menit sebelum gerbang sekolah ditutup.
Ini adalah sebuah kegilaan yang sudah ia perkirakan sejak sebelum berangkat tidur tadi malam. Semua ini akibat ia mengikuti kegiatan rutin adiknya−Mila−setiap malam, menonton drama korea hingga larut malam tanpa memerhatikan waktu. Salahkan saja Mila dan drama koreanya yang membuat kelewat penasaran.
Mikha menuruni anak tangga dengan seragam yang dipasang acak-acakan serta rambut berantakan tak karuan akibat enggak sempat mandi.
"Kenapa enggak ada yang bangunin, sih?" keluhnya saat melihat kedua orangtua dan adiknya sudah hampir selesai sarapan.
"Ngebo, sih," sambar Mila. "Udah dibangunin dari tadi juga."
"Bodo." Mikha menyambar gelas susu milik Mila dan menandas habis isinya. "Mikha pergi, telat," katanya sambil lari-lari menyambar kunci motor seperti orang kesetanan dan menarik tanpa ampun gas motor, bersamanya si putih melesat cepat menyisakan kepulan asap tipis.
Mikha sebenarnya termasuk siswa yang patuh lalu lintas, tapi hari ini enggak.
Dari kejauhan Mikha melihat lampu lalu lintas di perempatan jalan berubah merah. Ia meringis. Kalau menunggu lampu hijau, sia-sia dia ngebut tadi. Tak ada pilihan lain. Mikha menerobos lampu merah secepat cahaya, sukses membuat orang-orang di perempatan nyaris menabraknya dan menyumpah serapah.
Satu belokan lagi dan Mikha akan sampai di sekolah. Sisa dua menit, sebelum pagar sekolah ditutup. Saat sampai di depan gerbang, ternyata belum ditutup−tapi akan segera menutup.
Mikha mengklakson bertubi-tubi bersamaan dengan menancap gas motornya dengan kecepatan tinggi. Suara motor yang meraung heboh membuat pak satpam yang bertugas kaget.
"Yess!" Mikha menyeringai. Tepat setelah memasuki gerbang sekolah, bel berbunyi.
Namun, baru saja ia hendak parkir di tempat biasa, tiba-tiba ada sebuah motor matic putih yang menyerobot tempatnya.
"Lah lah ... siapa yang berani ngambil tempat parkir gue?" sungutnya kesal. Ia menekan klakson dengan gemas berkali-kali, namun tak ada respon dari pengendara motor di depannya. Dengan kesal ia berteriak, "woy, di sini tempat parkir gue. Kenapa lo serobot?"
Seorang cewek turun dari motor di depannya dan melepas helm, berjalan mendekati Mikha.
"Ini parkiran punya nenek lo?" tanya cewek itu sengak.
"Bukan. Tapi tiap hari gue parkirnya di sini."
"Siapa cepat, dia dapat." Cewek itu menyahut cuek dengan nada menyebalkan lalu pergi.
Baru satu langkah cewek itu menjauh, Mikha mencengkram tangannya.
"Pindahin motor lo. Sekarang!" tandas Mikha.
"Kalo gue enggak mau?" kata cewek itu dengan alis dinaikan.
Mikha membasahi bibir, emosinya tersulut sudah.
"Enggak usah sok gayaan lo. Gue bilang pindah, ya pindahin!" perintahnya dengan nada tinggi.