Hari-hari Dinda hanya dihiasi dengan senyum paksaan, tidak ada bahagia yang nyata semuanya palsu. Selama MPLS berlangsung, Dinda memutuskan untuk tidak berurusan lagi dengan Revan, selain karena merasa malas atas kejadian kemarin, Dinda juga tidak mau kalau Revan mengetahui hidupnya lebih jauh.
Tiga hari berjalan dengan cepat, tak terasa hari ini Dinda harus melepas jabatan nya sebagai Ketua Osis SMAN 1. Rasa senang karena Dinda tidak perlu lagi repot-repot mengurus sekolah, tapi juga ada rasa sedih yang mengharuskan Dinda melepas semua organisasi yang di ikutinya.
Dinda juga dinyatakan sebagai Ketua Osis terbaik dari Ketua Osis tahun-tahun lalu sebelum Dinda menjabatnya. Tak lupa juga, Dinda mendapatkan penghargaan dan juga kenang-kenangan dari pihak sekolah.
🔆 🔆 🔆
Seperti biasa, Dinda memasuki ruang kelas yang sangat ramai dan sangat sering membuat gaduh, meski begitu murid di kelas ini adalah murid-murid yang sangat pintar. Apalagi, Adinda Wulandari yang sudah berkali-kali mendapatkan medali dari ajang Olimpiade manapun. Oleh karena itu juga, banyak yang merebutkan hati seorang Dinda.
"Etdah Dinda, lo punya gebetan gak bilang gue ya?" ucap Vino yang membuat Dinda yang baru masuk kelas terkejut mendengarnya.
"Parah lo Din!" balas Rian, teman satu kelas Dinda dan Vino.
Dinda mengernyitkan dahinya merasa sangat bingung, "Iya lo ini Din, parah banget sih gak cerita ke gue!" sambung Shasa yang membuat Dinda semakin bingung.
"Bentar-bentar! Maksud lo semua apa sih?" tanya Dinda bingung.
"Ya elah Dinda sayang, itu ada surat di meja lo" jawab Shasa sambil menunjuk kearah meja Dinda.
Dinda langsung beralih ke mejanya yang tepat di sebelah meja Vino, lalu Dinda melihat sebuah surat yang di bungkus dengan rapi bertuliskan From Revan Aldino & To Adinda Wulandari, Dinda langsung membulatkan matanya dan merasa sangat terkejut.
"Benar-benar ajaib lo Din!" ucap Vino mengejek Dinda.
"Diem lo!"
Dinda langsung duduk di kursi tempat duduk dia biasanya, pikiran Dinda melayang kemana-mana. Dinda memikirkan apa yang sebenarnya terjadi dengan kehidupan nya, Revan sebenarnya siapa sih? Ngapain dia sampai kasih gue surat? Apa maksud nya? Pikiran Dinda sudah tidak terkondisikan, banyak pertanyaan yang harus ia tanyakan kepada Revan Aldino hari ini juga.
Tettt!!! Bel istirahat berbunyi.
"Din, Kantin yuk!" ajak Vino dan teman-teman nya.
Dinda ingin sekali ikut dengan mereka, tetapi Dinda harus menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang ia pikirkan sejak tadi, "Lo semua duluan aja deh, gue ke Toilet dulu" jawab Dinda berbohong.
Teman-teman nya mengangguk kan kepala dan pergi meninggalkan Dinda yang masih berdiam di Kelasnya. Setelah melihat teman-teman nya sudah jauh dari hadapan, Dinda langsung menuju ke Kelas Revan dengan membawa surat yang Revan letakkan di mejanya.
"Ada Kak Dinda!" teriak salah satu murid dengan ketakutan.
Dinda mencari-cari Revan di dalam kelas nya, rupanya Revan sedang asik bermain game dengan teman sebangku nya.
Brakk!!! "Revan!" teriak Dinda sambil memukul meja Revan.
Revan terkejut dan langsung melihat kehadiran Dinda yang membawa surat darinya.
"Ada apa Kak Dinda?"