Kukkuruyukkk!!!
“Dinda bangun!” ucap Citra lembut.
Dinda menarik tangan nya keatas dan berusaha membuka mata nya yang masih terasa sangat berat. Lalu segera dilanjutkan dengan pergi ke Kamar Mandi.
Sesudah mandi, Dinda segera ke Meja Makan untuk sarapan berdua dengan Mama nya.
“Hai sayang, cepat makan ya!” ucap Citra.
“Mama ke Kantor? Ngapain sih Ma? Bukan nya Mama dari semalam udah gak enak badan?” heran Dinda.
Citra memang sedang tidak enak badan dan Dokter juga sudah menyarankan kepada Citra agar tidak kelelahan, karena itu bisa memengaruhi kesehatan nya.
“Mama udah gak apa-apa, banyak jadwal meeting juga untuk hari ini” jawab Citra.
Dinda hanya bisa menuruti kemauan Mama nya itu, dia yakin kalau Citra akan selalu baik-baik saja.
🔆 🔆 🔆
“Tumben banget Tante Citra yang nganterin?” tanya Shasa yang melihat Dinda baru saja diantar oleh Citra.
“Emang kenapa?” bingung Dinda.
“Ih malah tanya balik, emang bodyguard lo pada kemana semua?” ejek Shasa sambil tertawa.
Dinda segera mengalihkan pandangan nya kepada Shasa, “Gak perlu bodyguard! Takut nya nanti pada naksir gue semua” jawab Dinda dengan berlagak menyombongkan dirinya di hadapan Shasa.
Shasa yang mendengar nya pun terlihat geli dan ingin segera memuntahkan semua sarapan pagi nya.
Sesampainya di depan kelas, Dinda sudah disambut dengan seorang lelaki yang berdiri tepat di depan pintu kelas.
“Hai Dinda” sapa cowok itu, Vino.
“Minggir!” pinta Dinda cepat.
Vino tersenyum sinis melihat perubahan tingkah laku Dinda kepada dirinya, “Jangan galak-galak dong! Nanti cantik nya hilang loh kalau lo marah-marah” goda Vino sambil memegang dagu Dinda.
Dinda segera menepis nya dengan sangat kasar, “Minggir! Gue mau masuk” bentak Dinda dengan sangat keras sehingga membuat para adik kelas menatap Dinda.
“Ngapain buru-buru banget sih? Mending kita ke Kantin dulu” ajak Vino dengan menarik paksa tangan Dinda.
Dinda bukan wanita lemah, tarikan tangan Vino hanya hal sepele bagi nya. Dinda segera menepis dan menendang kaki Vino dari belakang hingga Vino jatuh tersungkur di hadapan para siswa lain.
Dinda yang sudah merasa lega, segera masuk kelas meninggalkan Vino yang masih mematung.
“Tunggu aja pembalasan gue Dinda! Lo gak akan pernah bahagia lagi!”
Dinda mendengar teriakan Vino, tetapi dia memilih untuk tidak membalas ancaman nya.
🔆 🔆 🔆
Saat istirahat tiba, Vino lagi-lagi menemui Dinda.
“Ehem!! Gue kasih lo satu kesempatan ngerubah sikap lo ke gue, sebelum gue melakukan hal yang bisa merusak hidup lo” ucap Vino kepada Dinda.
Dinda tertawa kecil mendengar perkataan Vino, “Gak perlu repot-repot buat merusak hidup gue, karena lo dan Mama lo yang pelakor itu udah merebut salah satu kebahagiaan gue!” bentak Dinda.
Tangan Vino setengah terangkat dan bersiap untuk menampar Dinda.
“Kenapa? Gak terima kalau gue bilang Mama lo pelakor di depan semua orang?” tanya Dinda sedikit membentak.
Para siswa lain pun mendekati mereka berdua dengan rasa penasaran yang sangat berlebihan dan juga membuat lingkaran kecil di pinggir Dinda dan Vino.
Suasana mulai rusuh, Vino juga sudah terlihat sangat marah kepada Dinda.
Prakkk!!! Vino menampar pipi kanan Dinda dengan sangat keras, “STOP BILANG MAMA GUE PELAKOR!!” bentak Vino.