Brakkk!!! Sebuah tas di lempar dari arah luar kelas.
“Lo kenapa?” tanya Shasa kepada teman nya itu, Dinda.
Dinda memanyunkan bibir nya, “Lihat tuh! Sepatu gue masuk got!!” teriak Dinda dengan berpura-pura menangis.
Shasa yang melihat nya langsung tertawa keras, “Ih!! Nih masukin kantong plastik” ucap Shasa sambil memberikan kantong plastik yang ada di dekat nya kepada Dinda.
Dinda memasukkan sepatu nya dengan cepat dan segera pergi ke toilet untuk mencuci tangan.
“Pagi-pagi udah bikin kesal aja, dasar sepatu nyusahin!!!” kesal Dinda.
Brakkk!! “Aduh!” teriak seorang cowok di toilet sebelah.
“Ha? Siapa tuh?” ucap Dinda penasaran dan langsung keluar dari toilet.
Terlihat seorang cowok yang sedang berjongkok sambil melepas sepatu nya, tidak lain cowok itu adalah Revan Aldino.
“Revan?!” sapa Dinda dengan mengulas senyum bahagia nya.
Revan mendongakkan kepala nya, “Dinda? Ngapain disini?” tanya Revan.
“Habis cuci tangan. Lo ngapain jongkok di depan pintu?” ejek Dinda.
“Nabrak pintu! Terus sepatu gue rusak” jawab Revan malu-malu yang membuat Dinda tertawa melihat nya, “Itu lo kenapa kok gak pakai sepatu? Masuk ke got ya sepatu lo?!” ejek Revan.
“Lo belajar ngeramal orang dimana sih?” heran Dinda.
“Emang nya bener ya?”
Dinda mengangguk, “Iya! Udah berkali-kali ramalan lo tentang hidup gue itu bener!”
Revan tertawa mendengar perkataan Dinda, karena dari pertama kali Revan memberitahu tentang jalan selanjutnya untuk kehidupan Dinda adalah menurut feeling nya saja, tidak pernah berniat untuk meramal jalan hidup Dinda.
“Ramal kehidupan gue lagi dong!” pinta Dinda.
Revan tersenyum melihat wajah Dinda, “Gue gak bisa ngeramal kehidupan orang Dinda!!!”
“Bohong!!”
Kali ini Revan benar-benar tertawa keras melihat tingkah Dinda, “Gue gak pernah bohong sama lo, semua ucapan gue tentang kehidupan lo itu adalah sebuah feeling yang entah kenapa bisa ada dipikiran gue”
Dinda memanyunkan bibir nya, dia mulai kesal dengan jawaban Revan.
Revan yang melihat tingkah Dinda seperti anak kecil langsung memegang dagu Dinda dan mengarahkan ke wajah nya, “Gue emang gak bisa ngeramal kehidupan lo selanjutnya, tapi feeling gue mengatakan kalau kita akan bahagia bersama untuk selamanya” ucap Revan lembut.
“Hei kalian ngapain?!!” teriak Pak Dodi.
Revan dan Dinda sangat terkejut mendengar teriakan Pak Dodi, mereka berdua segera membalikkan badan dan tersenyum kearah Pak Dodi tanpa merasa bersalah sedikitpun.
“Selamat pagi Pak!” sapa Dinda sambil mengulas senyuman.
“Pagi Dinda!” jawab Pak Dodi, “Kalian berdua ngapain disini?” lanjut nya.
“Kita habis dari toilet lah Pak” jawab Revan.
Pak Dodi mengangguk pelan, “Huftt,, aman!!” gumam Dinda.
“Eh Dinda kenapa kok gak pakai sepatu? Mau disuruh bersihin Kamar Mandi ya?” ejek Pak Dodi dengan senyum licik nya.
“Yah,, jangan dong Pak!! Jadi gini, sepatu saya itu tadi masuk got. Masa sih Pak Dodi tega nyuruh saya pakai sepatu yang habis masuk got?” jawab Dinda dengan raut wajah sedih yang dibuat-buat.
Pak Dodi menggeleng-geleng heran, ketika melihat Revan yang juga tidak memakai sepatu sekolah nya.
“Revan ngikutin Dinda gak pakai sepatu? Biar couple gitu?” heran Pak Dodi.
“Enggak Pak. Tadi saya nabrak pintu terus sepatu saya sobek” jawab Revan cengengesan.
“Haduh pusing kepala Bapak lihat kelakuan kalian berdua ini!”
“Kalau pusing minum baygon Pak” saran Revan.