REDIN

Salwa Shofiyatud Daliyah
Chapter #15

Ujian

Hari senin adalah hari yang paling tidak disukai oleh para siswa SMAN 1, karena apa? Karena hari senin jauh dengan hari minggu, pada hari senin juga semua siswa wajib mengikuti upacara bendera yang dilaksanakan pada pukul 7 pagi, dan parah nya lagi di hari senin ini adalah hari Ujian Nasional untuk kelas 3 SMAN 1.

“Haduh pagi-pagi harus panas-panas an gini, pusing kepala gue!” teriak Rian yang membuat teman-teman nya tertawa.

“Ketahuan banget lo waktu bayi gak pernah berjemur” ejek Dito, salah satu teman dekat Rian.

“Kalau waktu bayi sih gue berjemur tapi ditungguin sama emak gue. Gak kayak lo yang dijemur diatas genteng terus ditinggal deh sampai maghrib” balas Rian yang mengejek kulit hitam Dito.

Teman-teman nya tertawa terkekeh-kekeh melihat kelakuan Rian dan Dito.

Sudah satu jam lama nya Upacara Bendera dilaksanakan, sekarang sudah saat nya Ujian Nasional dimulai.

Dinda mengerjakan setiap soal dengan sangat hati-hati, dia tidak mau membuat nilai nya jelek dan tidak di terima di Fakultas Kedokteran. Menjadi Dokter ialah cita-cita Dinda yang selalu diingat sejak kelas 6 SD hingga sekarang. Dinda hanya berharap, dia bisa membahagiakan orang-orang di sekitarnya dan juga Citra yang sudah tiada.

🔆 🔆 🔆

Tettt!!! Waktu mengerjakan soal telah habis, semua siswa dipersilahkan untuk keluar dari Ruangan dan pulang menuju rumah masing-masing.

Dinda keluar dari Ruangan bersama Shasa.

“Kenapa lo diam terus dari tadi?” tanya Shasa sambil meminum air mineral di tangan nya.

“Kan lagi ujian, kalo ribut nanti di marahin” jawab Dinda asal.

“Terserah lo dah! Capek ngomong sama orang pinter!”

Dinda tertawa pelan mendengar ucapan Shasa.

Tiba-tiba Shasa memberhenti kan langkah nya yang membuat Dinda terkejut.

“Lo apa an sih Sha?!” kesal Dinda.

“Cie lo udah jadian kok gak bilang gue sih?” ejek Shasa yang melihat Revan sedang berdiri di samping mobil nya yang berada di depan gerbang SMAN 1.

“GAK JELAS LO!” teriak Dinda tepat di telinga Shasa.

“Tuh lo lihat!! Revan udah nungguin di depan gerbang sekolah, cepetan sana! Gue gak mau dengar omongan lo lagi, intinya lo harus nyamperin Revan kesana!!” ucap Shasa segera mendorong Dinda.

Dinda tidak bisa berkata-kata lagi, dari dulu permintaan Shasa memang harus dituruti kalau tidak dituruti Shasa pasti marah sampai berbulan-bulan.

Dinda pun memilih untuk menghampiri Revan.

“Hai” sapa Dinda.

Revan segera menoleh kearah seorang gadis yang baru saja memanggilnya, “Eh Dinda. Udah selesai ujian nya?”

“Udah. Lo ngapain disini?”

“Jemput Princess Dinda, kasihan kalau pulang jalan kaki” ejek Revan.

Memang setelah Citra meninggal, Dinda tidak lagi menggunakan mobil untuk berangkat ke sekolah nya. Bukan karena takut kecapekan, tetapi karena Dinda tidak bisa membawa mobil.

Bibir Dinda perlahan mengulas senyuman yang indah, “Princess Dinda gak mau!”

“Ya udah kalau gitu gue pulang, Bye!!” ucap Revan yang mulai membuka pintu mobil nya.

Dinda terkejut dengan tingkah Revan, bukan nya memaksa Dinda untuk ikut dengan Revan tetapi malah memilih pergi sendiri.

“JAHAT!!” teriak Dinda sambil memanyunkan bibir nya.

“Katanya gak mau”

“Bodo!”

Revan tertawa melihat raut wajah Dinda ketika marah seperti ini. Revan segera menggandeng tangan Dinda dan membukakan pintu mobil nya.

“Ngapain dibuka? Gue gak mau masuk!” kesal Dinda.

“Beneran?”

“Iya!”

Revan mengangguk pelan, “Dela!!” panggil nya kepada salah satu teman kelas Dinda yang menyukai Revan.

“Apa Van?” tanya Dela sambil melangkahkan kaki nya mendekat kearah Revan.

“Pulang sama siapa lo?”

Lihat selengkapnya