Dari Nomor Tidak Dikenal :
“Hai Adinda Wulandari”
Dinda terkejut ketika membaca pesan dari nomor yang tidak dia kenal, “Siapa nih?” bingung nya.
Untuk Nomor Tidak Dikenal :
“??”
Dinda membalas pesan itu hanya dengan tanda tanya saja.
Dari Nomor Tidak Dikenal :
“Hai sayang”
“What? Sayang?” kaget nya.
Dinda langsung menutup handphone nya.
Drtttdrtt!! Handphone Dinda bergetar tiada henti nya, terlihat ada panggilan di handphone Dinda.
“Ih siapa sih? Berisik!!” teriak nya.
Dinda segera mengambil handphone nya dan menjawab panggilan itu tanpa melihat siapa yang menelponnya.
“Ngapain sih telpon-telpon? Berisik!!!” teriak Dinda.
Tidak ada jawaban apa-apa dari seseorang yang menelpon Dinda. Dinda berdesis kesal dan langsung melihat nomor siapa yang sedang menelpon nya.
Mulut Dinda terbuka lebar, ternyata seseorang yang menelpon nya ialah nomor yang tidak dia kenal.
“Lo siapa? Dapat nomor gue dari siapa?” tanya Dinda dengan sedikit membentak.
Seseorang tersebut tetap diam.
“Lo bisu ya kok gak jawab? Dasar GAK JELAS!!!” kesal Dinda yang langsung menutup panggilan itu.
“Dinda!!!” teriak seseorang dari depan rumah Dinda.
“Suara Revan?”
Dinda segera berlari menghampiri Revan.
“Van!” panggil Dinda sambil cemberut.
“Apa sih?”
“Gue lagi gak mood nih! Gara-gara tadi ada orang gak jelas telpon-telpon gue” rengek Dinda seperti anak kecil.
Revan mengelus kepala Dinda dengan lembut, “Oh” jawab Revan singkat.
“Cuma gitu doang jawaban lo? Ih jahat!!” teriak Dinda sambil melepaskan tangan Revan yang mengelus kepala nya.
Revan tertawa dengan sangat keras, “Kalau lo ketemu sama orang GAK JELAS itu, lo masih tetap mau marah sama orang itu?”
Dinda menoleh kearah Revan dengan tatapan yang sangat heran, “Oh sekarang gue tahu. Lo ngerjain gue ya?”
“Iya!!” teriak Revan diiringi dengan tawa yang keras.
“BODOAMAT GUE NGAMBEK!!”
🔆 🔆 🔆
Pagi ini adalah hari perpisahan atau wisuda untuk para siswa SMAN 1. Semua siswa wajib datang pada pukul 8 pagi dan acara akan dimulai pada pukul 8.30 pagi.
Sejak tadi Dinda masih berdiam diri di depan cermin yang ada di kamar nya, seharusnya ini adalah hari bahagia untuk Dinda karena dia telah lulus SMA. Tetapi sekarang harapan Dinda untuk bahagia bersama Citra di acara perpisahan sudah hilang.
Sudah satu bulan Dinda tinggal seorang diri di rumah nya, tidak ada keluarga yang menemani kehidupan nya. Setelah ditinggalkan Citra, kehidupan Dinda berubah drastis. Dinda juga harus berhemat agar uang yang dia punya bisa bertahan lebih lama.
Dengan keadaan seperti ini, apa Dinda masih bisa untuk masuk Fakultas Kedokteran dan mencapai mimpi nya untuk menjadi Dokter?.
“Dinda?!” panggil Revan yang tiba-tiba saja ada di dalam Kamar Dinda.
Dinda segera menghapus air mata nya, “Revan? Lo kok bisa ada disini?” tanya Dinda dengan sangat bingung.
Revan tertawa kecil mendengar nya, “Pagar depan kebuka lebar, pintu rumah lo gak di kunci”
“What? Yang bener aja lo?!”
“Iya Din!! Kalau pagar depan di tutup terus gue bisa masuk dari mana?” kesal Revan.
“Manjat!” jawab Dinda asal.
“Gila ya lo? Pagar rumah tinggi nya kayak monas gitu gue disuruh manjat”
“Becanda bang!!” jawab Dinda sambil tertawa.
Revan memperhatikan penampilan Dinda yang masih acak-acak an, “Lo belum mandi Din?” tanya Revan.