Dinda masuk ke kamar kos nya dengan raut wajah murung, banyak kesedihan yang dipendam di hati nya.
"Lapar banget, tapi kalau beli makanan diluar pasti mahal" gumam Dinda sambil menatap sisa uang di dalam rekening Citra.
Tanpa disadari, Kina sedang memperhatikan nya dari luar kamar.
Dinda menoleh, "Kina?" kaget nya.
Kina segera melangkah pergi, tapi langkah nya berhasil dikejar Dinda.
"Kina tunggu!"
"Apa?" jawab Kina singkat.
"Lo beneran ngambek sama gue?"
"Menurut lo?!"
"Jangan ngambek dong Kin, entar gue cariin cowok ganteng deh" rayu Dinda.
Mata Kina membulat, "Gue bisa cari sendiri! Lo sama Satria aja sana, gak usah sama gue" bentak nya.
"Maaf Kin"
"Maaf mah gampang, orang gila juga bisa ngomong maaf" cibir Kina.
"Terus lo mau nya apa?"
"Gue cuma mau hati sama pikiran lo itu saling terbuka, kalau mau bertindak kedua nya juga harus satu arah tanpa ada paksaan"
Dinda terdiam.
"Giliran udah kayak gini lo cuma bisa diam?" tanya Kina memecah keheningan.
Dinda langsung mendekat dan memeluk tubuh Kina dengan sangat erat, "Sorry Kina"
Kina menarik nafas panjang, "Iya, gue cuma gak mau kalau lo terus-terus an dapat masalah. Apalagi sekarang Adisty udah balik ke Jogja dan itu ..."
"Lo kenal Adisty?" tanya Dinda yang langsung memotong ucapan Kina.
"Tau aja sih, kan Adisty terkenal banget di kampus, apalagi Bokap nya yang punya jabatan Rektor di Universitas Jogja"
Mata Dinda membulat seakan tak percaya, "Pak Andre itu Bokap nya Adisty?!"
"Iya"
"Lo kok gak bilang dari tadi sih?"
"Gimana mau bilang kalau lo aja ngeselin! Emang nya si Adisty cari masalah ya sama lo?"
"Gue tadi hampir aja di drop out gara-gara si Adisty, bisa-bisa nya gue di tuduh nyuri uang Universitas"
"What? Setega itu?!" kaget Kina mendengarkan cerita Dinda.
"Gara-gara Adisty juga, beasiswa gue di cabut. Gue harus gimana Kin? Uang di rekening Mama udah dikit, gue dulu juga udah coba cari kerja tapi gak ada yang bisa terima mahasiswa kedokteran, katanya kalau kedokteran sibuk banget gitu"
"Lo kerja bareng gue aja, kebetulan di Cafe tempat gue kerja lagi ada lowongan pekerjaan"
"Beneran?"
"Bohong! Ya beneran lah Dinda!"
"Yes! Besok anterin gue ya"
"Siap"
🔆 🔆 🔆
Keesokan pagi nya, Dinda sudah duduk lemas di kursi taman. Dari jam 5 pagi tadi, Dinda membersihkan seluruh ruangan Universitas tanpa ada seorang pun yang membantu nya.
Prokprokprok!! Suara tepuk tangan seseorang membuat Dinda bangkit dari duduk nya.
"Utututu,,, kasihan banget ya nasib lo" teriak Adisty menertawakan Dinda.
Dinda tidak merespon nya sedikit pun.
"Capek banget ya sampai gak bisa bicara gitu?" tawa Adisty bertambah kencang.
"Gue gak pernah kenal sama lo, jadi jangan bikin masalah di hidup gue!" bentak Dinda.
"Lo yang bikin masalah sama gue! Lo udah berani ngerebut Satria dari gue!"
"Gue gak pernah ngerebut Satria dari siapa pun"
"Asal lo tahu ya. Satria itu gebetan gue dari sebelum lo ada disini dan Satria selamanya akan selalu jadi milik gue. Paham?!" bentak Adisty sambil mendorong tubuh Dinda dan bergegas melangkah pergi.
Dinda menunduk, air mata nya sudah mulai mengalir di pipi.
"Kenapa semua orang jahat sama gue?"
🔆🔆🔆
Setelah berjam-jam Dinda lewati dengan duduk termenung di bangku kelas, akhirnya sekarang sudah tiba waktu untuk pulang.
"Dinda" panggil Kina.
"Kenapa Kin?"
"Lo jadi cari kerja di Cafe tempat gue kerja kan?"
"Jadi. Ayo langsung aja"
Dinda dan Kina perlahan keluar dari kelas. Tiba- tiba, tubuh Dinda terkena senggolan yang sangat keras, sehingga membuat tubuh nya terasa sangat sakit.
"Lo gak apa-apa Din?" tanya Kina panik.
Dinda segera menoleh kearah seseorang yang baru saja menyenggol nya, ternyata seseorang itu adalah Adisty.