"Hufttt capek banget" keluh Dinda.
Hari ini adalah hari terakhir Dinda menjalankan hukuman nya untuk membersihkan seluruh Universitas Jogja. Hari ini juga, Dinda harus siap mengeluarkan uang untuk biaya kuliah nya setelah beasiswa nya resmi dicabut.
"Adinda Wulandari" panggil Pak Andre, "Ikut saya ke Ruangan" lanjut nya.
Dinda segera mengikuti Bapak Rektor ini tepat di belakang nya.
"Duduk!"
Dinda menelan ludah nya, suara Pak Andre terdengar begitu dingin.
"Selamat ya, hukuman kamu sudah berakhir" ucap Pak Andre.
Dinda tersenyum sambil mengangguk kan kepala nya.
"Dan untuk biaya kuliah kamu bulan i..."
"Ini Pak uang nya, tolong jangan kasih saya hukuman lagi, ini sudah saya bayar lunas"
Baru kali ini Dinda mendengar tawa Pak Andre yang begitu kencang, "Kamu ini apa-apa an sih. Di dengar dulu baik-baik ya"
"Jadi gini, saya sudah mengetahui semua kejadian yang menimpa kamu. Saya juga sudah tahu, kalau Adisty adalah dalang dari semua ini. Maka dari itu, saya memutuskan bahwa kamu berhak untuk tetap mendapatkan beasiswa disini" jelas Pak Andre.
Seketika mata Dinda terbuka lebar, dia tidak pernah menyangka dirinya masih bisa mendapatkan beasiswa nya kembali, "Terima kasih Pak" teriak Dinda gembira.
"Iya sama-sama. Sekarang kamu boleh masuk kelas ya"
Dinda pun mengangguk gembira.
🔆 🔆 🔆
Sudah lama ya kita tidak bertemu dengan Revan, kali ini Revan akan kembali muncul.
"Van" panggil Miko.
"Hm?"
"Gue pengen balik ke Jakarta nih, kangen banget sama keluarga"
"Balik sana!"
"Kok lo gitu?!" kesal Miko sambil melirik handphone milik Revan, "Oh gue tahu nih, lo pasti rindu berat kan sama Kak Dinda? Iya kan? Cieee" goda Miko.
"Diam lo!"
"Emang nya lo udah gak pernah kasih kabar sama Kak Dinda?"
"Waktu itu udah coba telpon, tapi gak di angkat"
"Ya udah lah bro, move on aja"
Revan spontan menarik kaos yang dipakai Miko, sehingga Miko juga ikut tertarik, "Gue cuma mau Dinda!!" teriak Revan.
"Iya-iya deh terserah, lo sensitif banget ya kalau ngomongin Kak Dinda, gue jadi takut"
"Gue rindu banget sama lo Dinda" gumam Revan.
🔆 🔆 🔆
Dinda sedang duduk menatap buku tebal di hadapan nya. Sudah sejak tadi, Dinda tidak bisa berkonsentrasi mendalami mata pelajaran kuliah nya.
"Kenapa gue jadi ingat Revan ya?"
Dengan cepat Dinda berlari menuju Kamar Kos Kina.
"Kina" panggil Dinda.
"Apa an?"
"Pinjam handphone lo dong"
"Tumben banget, buat apa?" heran Kina.
"Ada urusan. Handphone gue ketinggalan di Bioskop waktu gue nonton sama Satria"
"Terus? Lo gak ambil tuh handphone?"
Dinda menggeleng.