Ryan masih duduk di atas motornya sambil sesekali menempelkan benda pipih itu ke telinga sampai mendesah pelan berkali-kali. Sejak kelasnya usai, Ryan segera berlari ke gedung C, berharap Riana sudah menunggunya seperti biasa. Tapi gadis itu menghilang entah kemana. Seluruh pesannya tidak terbaca, bahkan nomor teleponnya pun mati. Kemana gadis ini?
Rasanya ingin berlari menghampiri seseorang dan menanyakan keberadaan Riana. Namun niat itu terpaksa diurungkan karena kelas Riana hari ini adalah kelas yang gadis itu ambil karena mengulang mata kuliah yang sebelumnya dan sudah dapat dipastikan gadis itu hanya seorang diri tanpa teman-temannya seangkatannya.
Ryan menghela napas. "Kamu dimana sih, Ri?"
Benda pipih dalam genggamannya bergetar. Harapan yang menelpon adalah Riana pupus sudah. Dilayar hanya tertera nama lain.
"Ya, Bel?"
Abel, dia teman seangkatan yang biasanya bersama dengan Riana. Riana memang berteman dengan siapapun, tetapi yang paling dekat hanya dengan Abel.
"Yan, Riana balik sama lo kan?"
Walaupun Abel tidak ada di depannya, Ryan menggeleng. "Nggak. Dia ngilang. Dan gue nggak tau dia dimana. Lo sempet liat dia?"
"Nggak. Gue malah mau nyariin dia tadi pas jam istirahat soal tugas. Tapi dia nggak ada dimanapun, makanya gue pikir udah balik sama lo. Tapi--"
Ryan menelah salivanya cepat. "Kenapa? Lo nemu sesuatu yang aneh?" tanyanya. Terdengar irama sepatu flatshoes Abel menggema di dalam lorong yang ramai.
"Gue sempet nyariin Riana ke kelasnya, ada anak yang kenal ciri-ciri Riana. Ya lo tau kan ya nasib kalo ambil mata kuliah ngulang, bakal jadi kayak anak baru atau nggak anak ilang. Nah itu anak ngomong kalo itu Riana abis ribut sama salah satu senior angkatan lama pas di kelas."
Kedua alisnya mengernyit. "Hah?Riana ribut sama senior?"
"Iya. Kaget kan lo? Sama gue juga. Sampe ada adegan tarik-tarikan segala. Itu anak yang kasih tau gue lupa lagi nama seniornya siapa, cuman dia bilang ya cakep gitu. Di pikir senior yang cakep cuman satu apa di kampus ini."
Ryan jadi makin kebingungan. "Tarik-tarikan? Maksudnya?"
"Nggak ngerti juga gue, Yan. Lo dimana by the way? Biar gue kesitu sekalian gue mau nebeng. Siapa tau juga kan kita ketemu itu anak."
"Oke. Gue diparkiran gedung C," jawabnya sambil melirik ke arah gedung di belakangnya.
"Sip. Otw."
Setelah mematikan sambungan telepon, Ryan segera mengecek aplikasi line miliknya. Riana masih belum membaca rentetan pesan yang ia kirim sejak tadi. Kali ini ia berinisiatif untuk mencoba menelponnya.
"The number you have dialled is not accepting any calls at this moment. Please try again later"
Ryan mendesah, lagi-lagi mesin otomatis yang berbicara.
"Ri, nyalain ponsel dong."
***
Suara klakson KRL atau kereta rel listrik menggema di setiap sudut stasiun saat salah satu moda transportasi itu memasuki stasiun.
"Perhatikan jalur dua, jalur dua dari arah barat akan segera masuk commuter line tujuan akhir stasiun Bogor, lewat stasiun Manggarai, Tanjung Barat, dan mengakhiri perjalan di stasiun Bogor, sebagai KA 1098. Rangkaian terdiri dari 10 kereta. Kereta pertama dan terakhir dikhususkan untuk penumpang wanita."
Suara announcer* wanita terdengar nyaring, mengingatkan bahwa sebentar lagi akan tiba KRL tujuan akhir stasiun Bogor. Setiap orang yang sudah menanti berdiri di garis khusus dan berbaris rapi, termasuk dirinya. Siang ini tidak terlalu ramai, tapi tidak terlalu sepi juga.
KRL yang dimaksudkan tiba, tulisan di kepala KRL menunjukkan angka yang sama seperti yang di informasikan oleh announcer sebelumnya. Begitu pintu terbuka, orang-orang yang akan turun segera bergegas dan kemudian di lanjutkan dengan orang-orang yang akan naik. Riana memilih untuk berada di gerbong campur, lalu berdiri di salah satu sudut pintu yang berlawanan. Matanya memandang ke jendela, menatap peron di seberangnya sambil menggenggam buku novel kesukaannya.
Inilah hal kecil yang Riana lakukan ketika sedang ingin sendiri. Pertengkaran aneh dengan Rimu tadi mematahkan semua mood baiknya hari ini. Seharusnya Riana ada di atas motor Ryan dan Ryan akan mengantarkannya ke kantor. Tapi Riana memilih untuk melarikan diri dengan sebelumnya menghubungi Mas Devian.
Riana
Mas Devian, Riana nggak bisa ke kantor siang ini. Tiba-tiba perut Riana kram hebat. Maaf ya, Mas Dev :(
Delon
Lho, Riana lagi dapet kah? Oh no! :((((
Sella
Kalo Riana lagi PMS ya bagus lah artinya sehat
Delon
Bukan gitu. Aing takut kena omel :((((
Nissa
Ahahaha, siapa yang mau ngomelin kamu sih del...
Ardhan
Ada. Gue. Bayar nggak lo kutu kupret. Nyolong bae di warung gue. Bayar kaga.
Delon
Idih, nggak ngerti kasbon amat woy!
Ardhan
Mata lo sini gue cucuk dulu baru kasbon!
Kalo ngomong suka nggak pake rem gini nih.
Besok gue taro rem baru depan motor lo, Del
Delon
Galak ih, akika tak suka :(
Ardhan
Geli anjir! AWAS YA LO, DELON!
Riana
Ahahahaha kalian
Mas Devian
Iya Riana. Cepet sehat ya
Sella
GWS Canciii
Nissa
Cepet sehat lagi ya Ri
Delon