Redum Sekala

Delima Ami
Chapter #1

Kolaps

“Bi, Rei berangkat dulu ya. Assalamualaikum,” pamit seorang gadis berambut sebahu yang berpakaian putih abu-abu.

Pagi yang cerah membuat Reina Agata Lucky, semakin bersemangat untuk segera tiba di sekolah. Ia mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan rata-rata, jarak dari rumah ke sekolah hanya cukup menempuh waktu 10 menit. Sesampainya di gerbang sekolah, ia segera memarkir sepedanya di parkiran lalu berjalan menuju kelasnya.

“Selamat pagi Rei...” sapa seorang gadis yang sedang membawa dua kotak susu Frisian Flag rasa strawberry.

“Pagi juga Mil. Eh, tepat banget kamu Mil, aku lagi haus nih.” Balas Reina sambil mengambil satu kotak susu yang sedang dibawa Mila.

“Yah Rei, padahal itu buat Miko. Reina bikin kesel deh.” Ucap Mila dengan sedikit kesal.

“Aduh Mil, seharusnya yang kasih beginian itu cowok, bukan cewek.” Ujar Reina dengan polosnya.

“Ah Reina nggak asyik nih.” Ucap Mila masih dengan nada kesalnya.

“Eh, lihat tuh si Okim udah datang, jangan lupa ucapan selamat paginya, tanyain kabar, oh iya, tanya juga udah mandi apa belum.” Ujar Reina sambil tertawa.

“Iya Reina cantik, ehehe. See you Reina.” Mila pamit dan pergi meninggalkan ruangan kelas.

 Reina duduk di bangkunya dan membaca novel, ruangan kelas yang tadinya hanya ada Reina, kini semakin ramai.

Reina Agata Lucky, siswi kelas 11 di SMA Cendekia Syandana. Dia lebih sering berteman dengan tumpukan buku dan beberapa lembaran novel, disaat semua teman kelasnya asyik bermain handphone, Reina lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca. Eh, bukan berarti dia kutu buku banget ya…

 “Pagi Rei, tumben banget udah anteng di kelas.” Sapa seorang gadis yang menaruh tasnya di sebelah meja. Nina Aqiella.

“Pagi juga Aqiella.” Sahut Reina dengan nada ramah namun sepasang matanya tetap memandang deretan kalimat di atas lembaran kertas.

“Eh, udah kelas 11 masih aja kamu baca novel pagi-pagi.” Ucap Nina sambil duduk di sebelah Reina.

“Hmmm, Nin. Ini kan baru awal masuk sekolah, masih wajar lah aku habisin waktu buat baca novel.” Balas Reina dengan alasan-alasan klasiknya.

“Iya dah… suka-suka Rei aja, bahagiamu juga bahagiaku kok. Ehehe.” Ucap Nina yang sedari tadi sudah bermain handphone.

 

Teng..teng…

 

 Lonceng pun berbunyi, sebuah pertanda bahwa upacara bendera akan dimulai. Semua siswa-siswi SMA Cendekia Syandana bergegas menuju ke lapangan, tampak di raut wajah mereka semangat untuk berjuang melawan rasa malas.

 Pagi itu, matahari bersinar terik, baru 15 menit upacara dimulai, tiba-tiba Reina merasakan pusing hingga membuat Reina terjatuh tak sadarkan diri.

 “Rei, Rei bangun Rei…” ucap Nina dan Mila bersamaan.

“Mil, panggil anak PMR buruan.” Pinta Nina kepada Mila dengan nada cemas,

“Iya.”

 Setelah Mila memanggil tim PMR, Reina dibawa ke ruang UKS dengan tandu orange.

 Dokter Dita, Seorang dokter yang sedang jaga di ruang UKS membantu menangani Reina yang sedang pingsan.

 “Wajahnya pucat sekali. Dek Fira, saya minta tolong ambilkan segelas air putih dan vitamin C.” Pinta dokter Dita kepada Fira, salah satu anak PMR yang sedang bertugas.

“Siap dok.” Ucap gadis berkacamata yang sedang mengambil air putih dan vitamin C di etalase.

 Tak lama kemudian Fira membawakan segelas air putih dan vitamin C sesuai permintaan dokter Dita dan menaruhnya di meja dekat Reina terbaring di atas kasur.

 “Dek Reina, bangun sayang. Ayo diminum dulu airnya, biar nggak lemas badannya.” Ucap dokter Dita dengan nada ramah, namun tidak ada respon dari Reina.

10 menit berlalu, Reina perlahan membuka sepasang mata dan ia tampak kebingungan.

 “Saya dimana?” tanyanya pada seseorang yang ada di ruang UKS. Mendengar suara Reina, Fira segera mendekati dan memberi tahu bahwa Reina sedang berada di ruang UKS sejak 10 menit yang lalu.

“Kak Rei pingsan sejak 10 menit yang lalu saat upacara sedang berlangsung.” Ucap Fira kepada Reina, Reina hanya mengangguk lemas.

“Ini kak, diminum dulu air putihnya.” Fira menyodorkan segelas air putih kepada Reina.

“Oh iya kak, vitamin C nya juga ya kak. Biar kakak nggak lemas lagi.” Reina pun meminum air putih dan vitamin C juga.

“Kakak tadi belum sarapan kah?” tanya Fira menebak.

“Udah Fir, cuma hari ini aku baru datang bulan, jadi agak lemas.” Jawab Reina.

“Oh gitu ya, Mmm, 10 menit lagi kakak boleh kembali ke kelas. Upacaranya juga mau selesai, takutnya nanti kakak ketinggalan pelajaran pertama.” Ucap Fira kepada Reina.

“Siap. Siap.” Sahut Reina dengan patuh.

Reina berjalan memasuki kelas XI IPA 2. Lalu ia segera menuju ke bangkunya. “Hai Nin.” Sapa Reina sambil duduk di sebelah Nina.

“Rei, gimana? Kamu udah baikan? Atau masih lemas?” Tanya Nina dengan cemas.

“Udah kok, udah agak membaik, butuh sedikit asupan nih. ehehe” sahut Reina “Reina…” balas Nina dengan gemasnya.

 Beberapa menit kemudian, Pak Andra masuk ke dalam kelas Reina dan diikuti oleh seorang laki-laki yang tampak asing bagi penghuni kelas 11 IPA 2.

“Eh Rei, ada siswa baru di kelas kita.” Bisik Nina kepada Reina yang sedang membaca buku.

“Selamat pagi anak-anakku. Bagaimana kabarnya semua? Pastinya baik dan sehat-sehat ya. Hari ini hari pertama kalian menempati kelas 11, masa dimana kalian harus tambah rajin belajar dan aktif di ekstrakulikuler. Di sini bapak sedang bersama satu teman baru kalian, dia murid pindahan dari Tangerang. Silahkan nak, perkenalkan diri kamu.” ucap Pak Andra.

 “Halo semua, perkenalkan nama saya Zidan Alvaro. Kalian bisa panggil saya Zidan. Saya dari Tangerang. Semoga kita bisa berteman dengan baik. Terima kasih.” ucap Zidan dengan senyum manisnya dan lesung pipit yang membuatnya tampak tampan sekali.

“Aduh Rei, itu manusia apa malaikat sih, cakep banget,” bisik Nina kepada Reina sambil senyum-senyum sendiri. Namun, Reina tetap saja tak peduli dengan ucapan Nina ataupun salam kenal si murid baru karena sedari tadi Reina tetap saja fokus membaca novel.

“Rei…” Nina membisik lagi sambil menyenggol bahu Reina.

“Eh Nina apaan sih!” Teriak Reina begitu keras dan membuat seisi ruangan menengok ke arah Reina begitu juga Pak Andra dan murid baru yang sejak dia memperkenalkan diri, sorot matanya memandang Reina.

“Emm.. maaf pak.” Ujar Reina meminta maaf kepada Pak Andra dan dia sangat malu karena menjadi tontonan penghuni kelas IPA 2.

“Kamu sih Nin, bikin kaget orang aja.” Bisik Reina kepada Nina.

“Yeuh! Kamu kali, dari tadi diajak ngobrol masih fokus baca novel terus, lagian ini udah jam pelajaran Reina, udahan dulu deh baca novelnya.” ucap Nina sedikit kesal.

 “Oke Zidan, kamu boleh duduk di sebelah Miko.” ucap Pak Andra dan menyuruh Zidan untuk duduk.

“Rei, akhirnya award si Okim bisa kadaluarsa juga, dia kan dari kelas 10 sendiri mulu. Wkwkwk.” bisik Nina kepada Reina.

“Hmmm, otomatis dia duduk di sebelah aku Nin.” sahut Reina pelan. Zidan berjalan ke arah Reina dan duduk di seberang bangku yang berjarak setengah meter dari bangku Reina.

 Selama dua jam ke depan, pak Andra memberikan pembahasan mengenai aturan dan ketentuan yang harus dilaksanakan serta ditinggalkan ketika berada di kelas 11. Pak Andra adalah wali kelas bagi Reina dan kawan-kawannya di IPA 2. Jadi, apapun yang berkaitan dengan warga IPA 2, harus diketahui oleh pak Andra tanpa ada yang terlewatkan.

  Mendengar pemaparan dari pak Andra, Reina pun memberanikan diri untuk bertanya. “Mohon maaf pak, saya ingin bertanya. Apakah di kelas 11 ini siswa-siswi harus memilih satu fokus pembelajaran untuk menjelang kelas 12 nanti?”

   Pertanyaan Reina cukup memancing ketidakpahaman bagi teman-temannya, ada yang melontarkan perkataan buruk dan menyita perhatian bagi penghuni kelas.

     “Tenang dulu semuanya, tenang. Bapak akan jelaskan…” pinta seorang pria berusia 26 tahun yang sedang berdiri di muka ruang kelas.

      Reina mengernyitkan dahi dan menatap lekat Nina, sembari mempertanyakan apakah ada kesalahan yang diperbuatnya dengan isyarat raut wajah. Namun Nina hanya tersenyum santai merespon kepanikan Reina.

       “Kamu nggak salah Rei, hehe.” Bisiknya lirih.

      “Oke, terima kasih Reina sudah bertanya.” Ucap pak Andra serta merta membetulkan dasi di dadanya. “Pertanyaan Reina cukup bagus dan ini bisa dijadikan sebagai persiapan untuk kalian semua. Saya pikir, semua yang ada di hadapan saya tentu memiliki kemampuan yang berbeda, minat keahlian yang tak sama, serta keinginan yang sepenuhnya bermacam rupa. Tapi ada satu yang harus kalian maksimalkan, di kelas 11 ini adalah penentuan bagi kalian. Lebih ingin mendalami bidang yang mana untuk pengantar mencapai cita-cita kalian.”

    Seusai pak Andra menjelaskan, Zidan menyusul Reina untuk bertanya kepada pria tersebut. “Oh iya pak, saya kan pindahan nih. Apa bisa langsung memilih seperti yang dikatakan Reina barusan?”

    “Baik, saya luruskan saja. Begini, nanti setelah 3 bulan kalian duduk di kelas 11. Akan ada seleksi minat untuk pengelompokan fokus pembelajaran. Jadi mulai dari sekarang, kalian harus memikirkan dan mempersiapkan dengan optimal. Saya yakin, warga 11 IPA 2 siswa-siswinya rajin dan mau berjuang sampai akhir. Bagaimana Zidan, Reina atau yang lainnya?” paparnya sembari menulis satu kalimat di papan tulis.

     “Baik pak.” Sahut seluruh warga 11 IPA 2 merespon penjelasan dari pak Andra.

Lihat selengkapnya