Reflection of Lavengenia

Eka Vebriana
Chapter #5

(5) Don't Touch Milady!

Lancelot dan Zura masih mengawasi Lilia dari pondok. Dengan sihir refleksi angin milik Zura, mereka bisa melihat keadaan Lilia di kastil. Lancelot sangat marah ketika melihat Lilia dikerjai oleh Vincent.

 

“Berani-beraninya dia mempermainkan putri!” ujar Lancelot marah.

 

Untung saja ada Zura yang mampu menenangkan Lancelot. Jika tidak, mungkin saja rencana Lilia sudah gagal karena penyerbuan tiba-tiba dari sang ksatria. Lancelot yang sudah tidak tahan melihat kondisi Lilia akhirnya memutuskan untuk berlatih pedang.

 

“Saat ini tidak ada yang bisa kau lakukan. Aku hanya perlu percaya pada putri Lilia.” batin Lancelot

 

Ayunan demi ayunan, gerakan dari pedang platina yang tipis namun tajam, satu tebasannya bahkan mampu membelah angin. Lancelot berlatih dengan gigih agar kelak bisa melindungi Lilia dari para vampire, sekaligus sarana menenangkan pikiran.

 

Surai putihnya bergoyang kesana-kemari bak rumput zebra di savanna, keringat yang mengalir di pelipis hingga di balik zirahnya memberi kesan maskulin, meski dengan wajah cantiknya, tetap saja Lancelot adalah seorang ksatria yang sempurna. Sejatinya dia adalah seekor anjing kesayangan Lilia, namun dengan bantuan Zura kini Lancelot sudah menjelma menjadi seorang manusia.

 

Saat dimana kastil di serang Lancelotlah yang pertama kali menyadarinya. Tentu saja hal yang pertama kali dilakukannya adalah membangunkan Lilia. Namun belum sampai depan pintu Lancelot harus menghindari kejaran para vampire. Dia harus mengalihkan pandangan para vampire pada dirinya, agar Lilia tidak diserang.

 

Lancelot terus kabur dan menggiring mereka menuju pinggiran Lavengenia, tepatnya di dekat hutan. Saat itulah Zura datang menolongnya, dia memberikan ramuan pengubah wujud pada Lancelot agar bisa menolong Lilia. Syukurlah Zura ada disana, meski Lancelot sendiri tidak tahu mengapa Zura bisa ada di hutan Lavengenia. Mengingat hutan ini sangat terlarang bagi penduduk Lavengenia.

 

Lancelot masih ingat dengan jelas masa kecilnya bersama Lilia. Pasalnya nyawanya pernah ditolong oleh Lilia. Dulu sekali Lancelot kecil pernah terhanyut di sungai dan untungnya Lilia sedang berada disana. Melihat anjing kecil yang hampir tenggelam membuat Lilia langsung melompat menyelamatkannya. Meski karena kejadian itu Lilia harus menerima bekas luka di kepala akibat menghantam batuan sungai.

 

Setelah itu Lancelot dan Lilia tidak pernah terpisahkan sedikitpun. Dan sekarang perasaan Lancelot pada Lilia semakin kuat. Bukan hanya sekadar perasaan anjing terhadap pemiliknya, namun lebih seperti perasaan tidak ingin kehilangan hall yang sangat berharga. Mungkin terkesan kekanak-kanakan tapi sejak saat itu Lancelot bersumpah bahwa selama dia masih hidup, dirinya tidak akan membiarkan siapapun menyakiti Lilia.

 

Lamunan panjang Lancelot harus terputus dengan panggilan Zura dari dalam pondok. Dengan segera Lancelot menghentikan latihannya, setiap ayunan yang dipenuhi kenangan akan tersimpan dalam pedang platinanya.

 

“Lancelot, kemarilah!”

“Ada apa Zura?”

“Lihatlah itu Luca!” ujar Zura menunjuk Luca yang direfleksikan angin.

“Luca berhasil memasuki hutan, hadang dia jangan bisarkan dia sampai disini!” ucap Zura serius.

“Aku akan menyiapkan beberapa sihir untuk membuatnya tersesat. Bawa ini agar kau tidak terkena dampaknya.” ucap Zura memberikan bola kristal berwana hijau emerald.

 

Setelah mengetahui lokasi Luca, Lancelot segera pergi mencarinya, dengan membawa pedangnya dia bertarung menghadapi monster hutan. Hingga akhirnya kedua punggung mereka tanpa sengaja saling bertubrukan. Membuat pupil mata biru milik Lancelot terkunci pada mata merah milik Luca.

 

Pertarungan tidak bisa terelakan, tubuh mereka dengan refleks melompat saling menjauhi satu sama lain. Yang pertama kali mengambil inisiatif  menyerang ialah Lancelot, dia menghunuskan pedangnya pada Luca secepat kilat saat dia lengah. Sepertibiasa Luca berhasil menghindariya dan balas menyerang Lancelot.

 

Zura yang menyadari pertarungan mereka segera mengeluarkan sihir membutakan dari dalam hutan. Kemudian menarik Lancelot kembali ke dalam hutan, Luca mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menghilangkan efek membutakan itukemudian kembali ke kota. Luca telah berhasil menarik beberapa kesimpulan dari pelarian Lilia yang kemungkinan besar ada di hutan.

 

Di dalam hutan Zura dengan penuh kekesalan sedang memarahi Lancelot yang sudah bertindak ceroboh dengan menyerang Luca.

 

“Sudah kukatakan bukan, kau harus hati-hati, jangan menyerang dengan gegabah!” ujar Zura.

“”Tapi aku tidak bisa diam saja setelah melihatnya melukai Lilia.” ucap Lancelot.

Lihat selengkapnya