Reflection of Lavengenia

Eka Vebriana
Chapter #13

(13) Mission

Beberapa bulan sudah berlalu sejak pengkhianatan Zura sang penyihir. Kondisi Lavengenia mulai membaik dengan bantuan para bangsawan vampir. Kini negeri Lavengenia sepenuhnya sudah berisi para kaum vampir bahkan sudah banyak anak-anak vampir yang lahir disini.

Rasanya sudah terlalu sulit untuk Lilia menyelamatkan negerinya. Sudah tidak ada satupun pendukung di belakangnya. Meski masih tinggal di Lavengenia tapi dirinya serasa berada di tanah terasing seorang diri.

Meskipun masih ada hal yang bisa di syukuri dari kejadian ini, salah satunya identitasnya masih belum diketahui oleh para vampir hingga kini terkecuali Vincent.

Yah, semua ini masih berjalan baik kecuali fakta bahwa keluarga Lilia ternyata telah mendirikan kerajaan yang baru dan meninggalkannya seorang diri.

“Liliana, dimana tehku?” ujar Vincent di aula kastil

“Liliana, kamarku masih berantakan!” ujar Maria yang berada di samping Vincent.

“Ah, sejak saat itu mereka berdua terus mengerjaiku dan mengatakan ini sebagai hutang budiku. Dasar para vampir sialan!” ucapku dalam hati. Sembari membawakan teh dan berjalan kearah mereka berdua.

“Ini teh anda Yang Mulia Vincent.” ucap Lilia disertai penekanan yang sangat berat terhadap kata Yang Mulia. Siku-siku kemarahan di kepalanya tampak jelas melihat sosok mereka berdua.

“Akan saya bereskan lagi kamar anda setelah ini Yang Mulia Maria.” ucap Lilia yang masih melakukan penekanan pada beberapa kata. Entah sudah berapa kali di pagi ini dia membersihkan kamar Maria.

Lilia yang segera pergi membersihkan kamar Maria, mendengar tawa jahat keduanya di belakang punggungnya. “Mereka benar-benar menjadikan aku budak!” pikir Lilia geram.

Tak perlu waktu lama bagi Lilia membersihkan kamar Maria. Segera setelahnya dia ke paviliun kecil di tengah taman tempat Vincent dan Maria mengobrol tampak Lancelot yang menjadi anjing juga berada di sana.

“Hei Liliana kau sudah lebih baik?” ujar Luca yang tiba-tiba datang dengan beberapa dokumen di tangannya.

“Ya begitulah, aku sudah lebih baik berkat kalian, sekali lagi kuucapkan terima kasih. Lalu bagaimana dengan Raja Malaxis?” ucapku sembari tersenyum ramah.

“Keadaan ayah lebih baik, tapi kami kekurangan penawar racun untuknya.” ucap Luca dengan raut wajah kecewa.

Luca dan aku pun menghampiri mereka bertiga yang masih asyik bermain di taman. Melihat para vampir yang kubenci bermain dengan Lancelot entah mengapa mampu memberikan sedikit kehangatan di hatiku. Hingga nyalakan Lancelot menyadarkanku dan menarikku pada mereka.

“Ini dokumen kerajaan yang baru datang hari ini, segera selesaikan!” ujar Luca memarahi Vincent yang selalu melalaikan tugasnya sejak Malaxis masih tertidur.

Lihat selengkapnya