Butiran-butiran salju yang terefleksikan cahaya merah mentari tampak seperti ribuan berlian beterbangan di angkasa. Pemandangan yang sangat indah untuk mengawali perjalanan baru Lilia.
“Jadi harus berapa lama lagi kita berjalan, wahai tuan putri?” ucap Vincent kesal karena perjalanan panjang yang tidak tampak ujungnya.
“Maaf Yang Mulia Vincent karena ketidakberdayaan saya untuk terbang seperti anda.” ucap Lilia yang juga kesal.
“Dan lagi kenapa ksatriamu itu disini?” tanya Vincent yang menunjuk Lancelot di sampingnya.
“Sudah tugasku untuk selalu berada di samping putri Lilia.” ucap Lancelot yang melihat Vincent dengan tatapan tidak suka.
“Huh sebelum siang datang paling tidak kita harus sampai perbatasan utara jadi_
Dengan sigap Vincent segera menggendong Lilia dan membawanya terbang. Seringaian khas kebanggaannya tampak mengejek Lancelot yang masih berada di bawah. Sedangkan Lilia yang ingin meronta mengurungkan niatnya karena ketakutannya pada ketinggian, dia lebih memilih menutup matanya.
Vincent yang melihat Lilia ketakutan mengeluarkan seringaian nakalnya. “Kau tuan putri yang penakut!” ujar Vincent pelan.
Hingga siang pun tiba memaksa keduanya untuk singgah ke desa kecil. Sepertinya ini desa para dwarf, dan seperti yang di duga kehadiran keduanya membawa kehebohan bagi para dwarf. Banyak penggaruk dan tombak yang mereka arahkan pada Lilia dan Vincent. Memang dari dulu kaum vampir selalu menjadi musuh bagi siapapun.
“Hum bisakah kalian tenang, kami hanya ingin menumpang minum teh disini.” ucap Vincent santai sembari menurunkan Lilia dari genggamannya.
“Ehm mungkin maksudnya istirahat, jadi aku mohon ijinkan kami berteduh hingga sore.” ucap Lilia dengan senyuman ramah dan wajah memohon yang tulus.
Seperti yang diduga pesona Lilia tidak mempan terhadap kaum dwarf mereka terus memusuhinya dan mendorong agar dirinya keluar dari desa. Tiba-tiba jeritan seorang gadis membuyarkan pertengkaran itu. Jeritan yang diikuti gemuruh dari tanah membuat para dwarf ketakutan.
“Seperti yang di duga dari kaum pengecut.” ucap Vincent pelan melirik para dwarf yang tidak bergeming menyelamatkan gadis itu. Sementara Vincent segera berlari menembus kerumunan mencari asal suara tersebut.
Rupanya benar ada seekor cacing besar yang hampir melahap si gadis dwarf. Tanah para dwarf sangat subur bahkan terlalu subur membuat salju tidak turun di tempat ini dan akibatnya beberapa hewan kecil tumbuh lebih besar dari pada yang seharusnya.
Vincent segera melompat dan memotong kepala monster itu, membuat si gadis terpental. Dengan cepat Vincent segera menangkapnya dalam pelukan ringan di tubuhnya. Reaksi yang berbeda dari Lilia yang suka meronta si gadis dwarf justru terpesona pada sosok penyelamatnya, Vincent.
“Hei apa dia baik-baik saja?” tanya Lilia yang sudah berada di samping tubuh monster itu.
“Hum tapi sepertinya dia tidak mau lepas dariku. Bagaimana ini tuan putri?” ucap Vincent sambil bercanda.
Kemudian para dwarf segera berkerumun dan mengobati si gadis yang terluka. Tidak disangka ternyata si gadis adalah anak dari tetua desa. Hal ini tentu memudahkan Lilia dan Vincent untuk beristirahat.