Reflection of Lavengenia

Eka Vebriana
Chapter #16

(16) La Carnation(2)

Sudah tiga hari lamanya Lilia di Negeri La Carnation, negeri asing yang tidak dikenalnya. Selama itu pula belum sekalipun Lilia keluar kamarnya dan bertemu Vincent yang masih terkurung.

Kegelisahan Lilia segera mereda setelah melihat para pelayan yang datang dan membawakannya anyelir. Bunga yang selama ini dicarinya Lilia merasa kegelisahannya selama ini hilang begitu saja bersamaan dengan kesadarannya. Sepertinya ada sesuatu dari aroma yang dimiliki anyelir. Mata emerald Lilia mulai tampak kosong dengan tubuh vampirnya yang perlahan lenyap dan kembali menjadi manusia seutuhnya.

Para pelayan segera mengantar Lilia menghadap raja dan ratu. Mereka mengangguk seolah baru saja menyelesaikan tugas yang sudah diberikan.

“Lilia akhirnya kau akan mengabulkan keinginan kami!” ujar sang ratu dengan tawanya yang jahat.

“Dimulai dengan vampir busuk itu, kau akan menghabisinya untuk kami kan?” ucap sang raja dengan seringainya.

“Baik papa mama.” jawab Lilia dengan ekspresi kosong dan tanpa nada.

Kesadaran Lilia yang tenggelam di dasar hatinya membuatnya mematuhi segala perintah yang diberikan padanya. Beberapa saat kemudian semua orang sudah berkumpul di alun-alun kerajaan, Vincent dengan keadaannya yang lemah setelah disiksa selama tiga hari penuh tampak sangat mengerikan. Disaat pandangan Vincent mulai samar tampak bayang-bayang Lilia yang berdiri di hadapannya.

Vincent masih belum rabun dia tahu yang di depannya ini Lilia, namun ada apa dengannya? Mata Lilia tidak menyiratkan apapun hanya berisi ekspresi kekosongan seolah-olah kesadarannya tidak ada.

Kemudian pengumuman dari sang raja membuyarkan kecemasan Vincent. Karena saat ini adalah detik Vincent akan di eksekusi. Dan yang akan mengeksekusinya tidak lain dan tidak bukan adalah Lilia sendiri.

“Lilia sadarkan dirimu!” ujar Vincent yang melihat Lilia sudah mulai merapal mantranya.

Namun seperti yang diduga Lilia tidak mampu mendengar apapun yang dikatakan Vincent saat ini dia kehilangan kendali penuh atas dirinya.

 

“Wahai rakyat yang kucintai, akhirnya waktu pembalasan telah tiba. Dengan keberadaan putri es di pihak kita, aku yakin kita akan memenangkan pertempuran ini. Untuk memulainya mari kita biarkan sang putri membunuh kekasih vampirnya terlebih dahulu. Eksekusi dimulai!” ujar sang raja dari beranda kastil.

Keringat dingin terus membanjiri tubuh Vincent, pasalnya Lilia yang masih dalam kendali sudah mengeluarkan pisau esnya. Bagaimana cara untuk menyadarkan Lilia sebelum pisau itu menghunus jantungnya. Dan dentingan bel gereja yang teramat besar membuat semua orang bergeming.

Sebuah harapan yang hampir mustahil terwujud datang disaat yang tepat. Ya, disanalah Lancelot dengan seorang gadis kecil menaiki griffon. Dan untuk beberapa alasan anyelir di La Carnation tidak memengaruhi mereka mungkin karena masker kulit yang dipakainya.

Lihat selengkapnya