Masih dalam pelarian dari istana Lavengenia, Malaxis berusaha membawa Emeralda keluar dari dataran Lavengenia untuk mencegah ramalan dari bola pengetahuan. Namun Emeralda yang tidak sadarkan diri terus menerus mengeluarkan sihir diluar kendalinya. Hal ini membuat tubuh Malaxis kesakitan karena kapasitas sihir yang dimilikinya tergolong rendah untuk menerima begitu banyak aliran sihir dari sang putri es.
"Pernah kuberharap kalau dirimu bukanlah putri es maka kehidupan kita akan menjadi sempurna." kata Malaxis pelan melihat keadaan istrinya yang terus memburuk.
Namun Malaxis tidak bisa menghentikan pelariannya sebelum berhasil meninggalkan dataran Lavengenia. Meski tubuhnya akan hancur karena menerima sihir terlalu banyak, baginya itu merupakan bayaran kecil asalkan istri dan anaknya berhasil selamat.
Setelah melihat dari bola pengetahuan Malaxis tahu kalau kutukan 'Lost Ice' Emeralda tidak akan berefek bila dia meninggalkan dataran Lavengenia, hal ini berlaku pula untuk kutukan dari kelahiran anaknya. Karena itu bagaimanapun caranya dia harus berhasil membawa mereka pergi dari Lavengenia.
Sementara itu para penjaga istana Lavengenia masih mengejar jejak dari Malaxis yang membawa kabur sang putri es mereka. Meski mereka sendiri masih ragu terhadap kemapuan mereka untuk melawan vampir dan putri es. Karena para penjaga istana hanyalah tentara terlatih yang murni dari ras manusia, mereka tidak diberkati dengan sihir dan kekuatan fisik yang besar.
Akhirnya Malaxis tiba di perbatasan Lavengenia hanya perlu menyeberangi gunung Valor dan semuanya beres. Namun gunung Valor yang selalu berapi-api membuatnya sangat sulit dilewati dengan keadaan Malaxis yang sedang membawa Emeralda yang lemah dan bayinya yang kemungkinan sebentar lagi lahir. Bagaimana cara untuk melewati masalah ini?
Tanpa disadari ternyata separuh tubuh Malaxis sudah membeku karena terus membawa Emeralda. Karena takut menjatuhkannya Malaxispun terpaksa menurunkan Emeralda dan membuatnya tidur bersandar di pohon besar yang ditemukannya. Sementara itu dia sendiri pergi ke gunung Valor untuk mencairkan sihir es di tubuhnya. Entah mengapa hanya api di gunung inilah yang mampu mencairkan sihir es Emeralda.
Sementara itu Emeralda yang terbangun dari pingsannya sangat kebingungan melihat dirinya yang tiba-tiba saja sudah berada di perbatasan Lavengenia. Malaxis yang menyadari bangunnya Emeralda segera menghampirinya.
Malaxis segera mencium dan memeluk erat Emeralda untuk melepaskan segala rasa khawatirnya terhadap istrinya. Sejak awal Malaxis ingin tinggal bersama Emeralda jauh dari Lavengenia untuk membesarkan anak mereka, namun Emeralda menentang hal itu dan ingin menghadapi takdirnya sebagai putri es dari Lavengenia. Karena itu Emeralda memaksa tinggal di istana Lavengenia dan dia juga tahu bahwa putrinya kelak juga terikat takdir yang sama sepertinya, hal itu semakin membulatkan tekadnya untuk menghadapi takdir kejam yang diemban setiap putri es.
"Malaxis terima kasih tapi aku percaya takdir anak ini mungkin akan mengarah ke sesuatu yang sangat besar jauh melampaui perkiraan kita. Dia adalah harapan baru Lavengenia." ucap Emeralda mengusap wajah Malaxis yang menangisi keadaannya.
"Aku tidak mau kehilangan kalian maka dari itu aku akan membawa kalian pergi dari Lavengenia." ucap Malaxis sembari membelai perut Emeralda.
"Meski begitu aku dan anak ini tidak bisa meninggalkan dataran Lavengenia, pada akhirnya kami akan selalu kembali kesini karena darah kami berasal dari tanah Lavengenia. Karena itu tolong percayalah padaku dan anak ini." ucap Emeralda meyakinkan Malaxis.
Belum sempat Malaxis memberi balasan kemalangan kembali menerjangnya, kali ini api dari gunung Valor tiba-tiba bergerak tidak terkendali dan menghanguskan pepohonan sekitar begitu pula pohon tempat Emeralda bersandar. Beruntungnya, Malaxis dengan cepat mampu membawa Emeralda pergi sehingga tidak terkena sambaran apinya. Bukan hanya api bahkan lahar panas juga mengalir dengan deras dari puncak gunung Valor, bencana yang disebabkan gunung Valor tidak pernah bisa diprediksi dan hanya menimbulakan korban yang tidak terhitung jumlahnya.
Jika lahar tersebut dibiarkan menyebar maka desa-desa penduduk dalam bahaya begitu pula dengan apinya yang bisa menimbulkan kebakaran berantai. Maka dari itu Emeralda berniat menghentikan amukan gunung Valor dengan sisa tenaganya.
Tindakan Emeralda berakhir dengan penuh pertentangan dari Malaxis, dengan keadaan Emeralda yang teramat lemah itu bagaimana caranya dia bisa menghentikan ledakan gunung itu. Itu sama saja bunuh diri!
"Malaxis bila kau tidak mengijinkannya kalau begitu bantu aku melakukannya. Aku adalah seorang putri es pelindung Lavengenia, bagaimana mungkin aku membiarkan penduduknya dalam celaka." ucap Emeralda yang kukuh ingin menjalankan kewajibannya sebagai putri es Lavengenia.
Malaxis yang sudah terbiasa dengan sikap keras kepala Emeralda menghela nafas pasrah dan bersiap membantunya. "Jadi apa rencanamu?" tanya Malaxis pada Emeralda yang masih berada dalam dekapannya.
Kemudian Emeralda membisikkan rencananya pada telinga Malaxis. "Hm, aku mengerti tapi kau yakin ini akan berhasil?" tanya Malaxis khawatir. Kemudian Emeralda mengangguk pasti sebagai jawaban atas keraguan Malaxis.