Reflection of Lavengenia

Eka Vebriana
Chapter #19

(19) Scheme

~Kembali ke La Carnation~

Sekujur tubuh Lilia bergetar mengetahui kebenaran kedua orang tuanya. Mungkin saat ini sihir es nya bisa keluar tak terkendali. Beruntungnya emosi Lilia berhasil diredam oleh tangan Vincent dan Lancelot yang menepuk pundaknya bersamaan.

Lilia menoleh ke belakang dan melihat senyuman keduanya, muncul perasaan hangat dalam hatinya.

“Papa mama terima kasih karena sudah mengatakan yang sebenarnya, dan terima kasih karena selama ini telah merawatku,”

“Seumur hidup aku tidak akan melupakan jasa kalian. Negeri yang kalian bangun ini sangat indah,”

“Meski begitu aku akan tetap merebut kembali kastil Lavengenia, karena tempat itu adalah satu-satunya rumahku.”

Vincent sedikit tertawa mendengar deklarasi perang Lilia untuk merebut kembali kastilnya. Membuat Vincent dihadiahi pukulan di perut oleh Lancelot. Meski pukulan itu tidak terlalu terasa karena tubuh Vincent yang sepenuhnya sudah pulih.

Lilia hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Vincent dan Lancelot yang seperti anak-anak.

“Tujuanku kemari hanya untuk mengambil anyelir, aku tidak akan melakukan apapun pada negeri ini. Jadi selamat tinggal papa mama.”

Lancelot yang tidak menerima atas perilaku raja dan ratu pada Lilia selama ini memberontak marah. Mengapa sang putri tidak membunuh mereka saja.

Lilia menarik lengan Lancelot lembut. Lancelot dapat merasakan suhu tubuh Lilia yang semakin dingin. Sejujurnya Lilia bahkan sudah terlalu lelah untuk sekadar beradu mulut sekarang.

Lancelot yang mengerti keadaan Lilia segera meminta Jasmine untuk membawanya keluar dari Negeri La Carnation sekarang juga.

“Bagaimana dengan kalian?” ucap Lilia dengan nada lemas.

Tangan Lancelot menepuk kepala Lilia perlahan

“Putri khawatirkan keadaanmu sendiri, Kami akan mengurus negeri ini sebelum kita kembali.”, ucap Lancelot penuh perhatian.

Lilia memandang Vincent yang menghadap penjara raja dan ratu. Tampak seringaian jahat menghias wajah tampannya. Satu-satunya harapan Lilia sebelum pergi adalah semoga Vincent mau mengampuni nyawa kedua orang tua dan rakyatnya.

Kemudian Lilia naik ke griffon milik Jasmine dan terbang jauh ke langit. Langit biru yang hangat menerangi La Carnation membuat hati Lilia merasa lebih ringan. Jasmine hanya tersenyum melihat putri Lilia yang menikmati pemandangan dari atas griffon.

Kembali ke tempat Vincent dan Lancelot keduanya membebaskan raja dan ratu dari penjara. Yah bagaimanapun ini adalah permintaan Lilia.

“Huh Lilia gadis itu benar-benar mempermalukan ras manusia.” Ucap sang raja disertai beberapa umpatan tidak pantas.

Belum sempat Lancelot menyerang sang raja, leher sang raja sudah berada dalam genggaman tangan Vincent. Mata Vincent berkilat merah membara sikap sang raja yang menghina Lilia tidak bisa ia toleransi.

“Kau tahu mudah bagiku untuk mematahkan lehermu sekarang juga.”

Keringat dingin ketakutan menguar dari sekujur tubuh sang raja.

“Maafkan perkataanku barusan, aku tidak sengaja.”

Vincent balas menimpali, “Ah... tidak sengaja ya, sepertinya tanganku juga tidak sengaja akan mematahkan leher.”

Sang ratu memohon ampunan Vincent dan Lancelot. Bahkan Lancelot yang ramahpun tidak bisa mentoleransi celaan pada Lilia.

Tanpa sadar tangan Vincent sudah terlumuri oleh air mata. Sang raja dengan menyedihkan memohon pengampunan pada vampir, ras yang paling dibencinya.

Vincent tertawa terbahak-bahak dan melepaskan genggaman tangannya membuat sang raja jatuh tersungkur di tanah.

“Hah rasanya puas sekali bisa mempermalukan dirimu. Camkan ini mulai dari sekarang jangan pernah temui Lilia. Menjauhlah dari hidup kami!” Ancam Vincent.

Kilatan tajam dari mata Vincent dan Lancelot bukanlah candaan semata. Nyawa seluruh kerajaan ini bisa jadi taruhannya bila mereka terus mengganggu Lilia. Dengan keadaan memalukan sang raja dan ratu dibebaskan. Sedangkan Vincent dan Lancelot pergi meninggalkan negeri busuk itu.

Senyum Vincent dan Lancelot kembali mengembang setelah melihat sosok Lilia di gerbang keluar La Carnation.

Lihat selengkapnya