Reflection of Lavengenia

Eka Vebriana
Chapter #21

(21) Reunion

1 Jam sebelum ledakan terjadi

Seusai pesta dansa Vincent dan Lilia dipanggil untuk menerima penghargaan dari Malaxis. Keduanya berjalan seirama melewati barisan para vampir, Vincent tersenyum sombong seperti biasa begitu juga dengan Lilia yang tetap berakting tersenyum ramah.

Keduanya berlutut dihadapan Malaxis untuk menerima penghargaan mereka. Prosesi pemberian penghargaan ini selalu sama untuk setiap vampir dan hanya vampir tertentu saja yang pantas menerimanya. Alasannya adalah barang yang akan diberikan pada mereka adalah hal yang sangat berharga lebih berharga dari nyawa mereka sendiri.

Malaxis meletakkan kedua tangannya pada kepala Lilia dan Vincent secara bersamaan.

“Aku Malaxis dengan ini memberikan masing-masing dari kalian potongan dari jiwaku atas jasa kalian untuk obat penawar racunku.”

Tepat seperti yang direncanakan Vincent, Malaxis akan memberikan potongan jiwanya yang amat berharga untuk penyelamatnya. Tiap tiap potongan jiwanya bukan hanya mengandung sihir yang luar biasa tapi juga usia hidupnya.

Sampai saat ini dia sudah melakukan upacara ini tiga kali termasuk sekarang. Karena itu sesaat setelah jiwanya dibagikan, Malaxis akan dalam keadaan sangat lemah. Belum lagi kini dia telah kehilangan hampir separuh dari usia hidupnya. Bisa dikatakan ini adalah saat yang paling tepat untuk membunuh Malaxis.

Saat potongan jiwanya keluar dan memasuki tubuh Vincent dan Lilia kristal bening di tangannya akan bersinar merah. Namun perlu diingat warna merah hanya untuk jiwa vampir.

Sedangkan Lilia adalah manusia yang memiliki sihir es belum lagi ikatan kontraknya dengan elf, hal ini membuat warna jiwanya menjadi sangat kental akan warna hijau. Sehingga membuat cincin kristal Malaxis tidak kuat menampung seluruh sihirnya, dan akhirnya meledak dengan tiba-tiba.

Semua orang terpental dan berhamburan keluar kastil dengan luka-luka yang cukup parah. Malaxis berhasil selamat setelah memotong jari tangannya sendiri dan membuat dinding penghalang. Beruntungnya ada Vincent yang sigap membuat dinding pelindung untuknya dan Lilia sehingga mereka tidak terluka sedikitpun.

Ledakan itu memicu kemarahan besar dari Malaxis dan diapun menyadari warna hijau yang sekilas muncul dari aliran sihir Lilia.

“Liliana kau bukan vampir kan, cepat katakan identitasmu!” ujar Malaxis yang tiba-tiba sudah berada di depan Lilia dan mencekik lehernya.

Efek kesakitan yang diterima Lilia membuat sihir penyamarannya terlepas. Memang seharusnya saat malam seperti ini dia akan kembali menjadi manusia. Namun berkat bantuan ratu elf dia berhasil mempertahankan penyamarannya khusus untuk rencana malam ini.

Perubahan sosok Lilia dari vampir menjadi manusia sangat mengejutkan Malaxis, pasalnya penampilan Lilia sama persis dengan Emeralda __istri Malaxis yang sudah tiada__

Malaxis memang tidak pernah melihat wujud Lilia sebelumnya, sehingga dia sama sekali tidak tahu bahwa putri es generasi sekarang merupakan putrinya sendiri. Ambisinya untuk menguasai dataran Lavengenia karena takdir yang sudah membunuh istri dan anaknya. Namun kenyataan di depannya ini membuatnya gentar dan meragukan keyakinannya sendiri.

“Apa kau putri es generasi sekarang?” tanyanya dengan sedikit gemetar meski tangannya masih mencengkram leher Lilia kuat-kuat.

Sementara itu Vincent yang berdiri di samping Lilia tidak bisa bergerak akibat tekanan sihir Malaxis yang amat luar biasa. Beruntungnya rencana Vincent untuk meminta Alv mempercepat aliran sihirnya berhasil.

Normalnya untuk memakai sihir yang diberikan Malaxis perlu waktu 1 tahun. Hal ini dikarenakan tubuh vampir biasa tidak akan bisa menyamakan aliran sihirnya dengan sihir Malaxis yang luar biasa kuat. Karena itu untuk menambah daya tempurnya Vincent meminta Alv untuk mempercepat aliran sihirnya sendiri agar sinkron dengan sihir Malaxis dalam waktu singkat.

Lihat selengkapnya