Reflection Of Regret

Aldaaldifa
Chapter #1

Prolog

Jika ditanya bagaimana perasaannya saat melihat putra kecilnya yang selama ini hanya miliknya perlahan menyukai orang lain. Ia akan menjawab jika ini adalah perasaan yang paling menyakitkan baginya. Membenci kenyataan jika orang yang putranya sukai itu adalah ayah kandungnya yang sudah enam tahun tidak mengetahui jika ia ada di dunia. Sekarang tiba-tiba datang dan ingin merampas kebahagiaan yang berusaha ia raih sendiri dalam tujuh tahun terakhir.

Ia membenci kenyataan jika ia pernah menyukai pria tidak bertanggungjawab dan pemaksa itu. Merutuki dirinya yang pernah terbuai dengan segala kata manis yang ia lontarkan. Percaya pada manisnya bibir yang selalu berhasil membujuknya.

Wanita itu perlahan mendekati putranya yang masih bingung mengapa kedua orang tuanya bertengkar dan menangis. Wajah lugunya melihat kedua orang tuanya bergantian. Tatapannya jelas sendu dan penuh tanya.

“Devan, pilih Mama atau Papa?” tanya wanita itu pada putranya yang masih berusia enam tahun.

Wajah kecil itu semakin bingung. Ia lagi-lagi menatap bergantian kedua orang tuanya. Kepalanya dipenuhi dengan berbagai pertanyaan yang terlihat sulit untuk ia ucapkan. “Kenapa Dev harus milih? Devan mau Mama sama Papa.” Mata bulatnya menatap mamanya dengan ekspresi memohon. Mana mungkin ia bisa memilih salah satu di antara mereka.

“Divy, kenapa kamu menanyakan hal itu padanya? Kamu tidak melihat wajah kebungungan anak kita?” Pria dewasa yang sedari tadi hanya diam saja akhirnya angkat suara.

“Dia hanya anakku!” teriak Divya tidak terima. Selama enam tahun ia hanya merawatnya sendirian. Ia juga sudah sangat terbiasanya dengan perasaannya yang kesepian tapi mengapa pria itu harus kembali dan membawa rasa sakitnya pada permukaan?

“Aku tau aku salah, tapi tidak bisakah aku meminta maaf? Apakah aku tidak bisa mengembalikan wajahmu yang tersenyum ketika melihatku? Aku ingin jantungmu kembali berdebar cepat saat bersama denganku!” Pria itu menggulum bibirnya setelah mengatakan semua itu pada gadis yang masih ia cintai hingga saat ini. Salah paham di masa lalu yang membuatnya meninggalkan cintanya, membuatnya benar-benar menyesal.

Bibir Divya tersenyum perlahan dengan gurat kesedihan yang tak bisa ia sembunyikan. “Kamu tau, hingga saat ini jantungku masih berdebar cepat saat bersamamu, tapi debaran itu menimbulkan sesak yang begitu menyakitkan! Debaran itu mengingatkanku akan keputusan sepihakmu saat itu.” Ia kembali melihat Devan yang masih kebingungan. “Devan pilih Mama ‘kan?” tanyanya masih tidak putus asa membujuk putranya untuk kembali hidup seperti dulu. Hanya berdua, tanpa ada pengganggu yang menyakiti batinnya.

“Dev, maafin Papa ya!” Pria itu juga tidak menyerah, menyentuh pundak putranya agar tatapannya beralih padanya. “Devan sayang Papa ‘kan?” Satu tangannya mengelus lembut wajah putranya hingga kedua mata putranya terpejam, merasakan kehangatan yang selama ini ia rindukan.

Lihat selengkapnya