Reflection Of Regret

Aldaaldifa
Chapter #5

Garis Luka

Meski sudah terbiasa, Divya tetap terkejut dengan luasnya area dapur di rumah ini. Tanpa harus ke mini market, semua makanan kesukaan Zefa yang ia ketahui sudah tersedia di sini. Bahkan, ada banyak cemilan yang tidak bisa ia makan saat ia masih dalam raganya. Kekayaan keluarga Zefa benar-benar mengejutkannya. Pantas saja mamanya memilih meninggalkan papanya untuk menyambut kehidupan mewah ini.

Ia mengambil beberapa cemilan, berniat untuk membawanya ke kamar. Memakan semua ini sambil nonton drama China pasti sangat seru. “Duh enaknya … jadi orang kaya. Beli apa, juga bisa, pergi ke mana saja bisa ….” Ia bersenandung cerita sembari menaiki tangga demi tangga menuju kamarnya.

“Permisi, Non!”

Divya berbalik, seorang wanita paruh baya menghampirinya yang baru saja ingin membuka pintu. “Iya, Bi?” ujarnya.

“Ada teman Non di bawah.”

“Teman?” guman Divya. “Kia?” tanyanya.

“Bukan Non Kia, Non. Ini teman-teman Non waktu SMA.”

Wanita tiba-tiba merasa jika hari sialnya kembali datang. Sudah dua Minggu di sini,  ia masih aman tapi mengapa hari ini pengganggu mulai datang. Ia mana tau nama mereka!

“Hai, Zefa!!!” Dua gadis dengan senyum merekah terlihat menaiki tangga.

Dua pelukan mendarat di tubuh Zefa. Membuatnya meneguk salivanya kasar karena terkejut. Selama ini, ia tidak memiliki teman dekat jadi pelukan ini adalah yang pertaman ia dapatkan.

“Kamu pasti melupakan kami!” ujar salah seorang dari mereka setelah melepaskan pelukannya.

Divya menggelengkan kepalanya, jangankan melupakan mereka, ia bahkan tidak mengenal mereka. Namun, ia harus ingat jika saat ini sedang berada dalam tubuh orang lain. Ia tidak bisa berbuat semaunya. “Kalian ….”

Dua gadis itu cengengesan lalu saling bertatapan. “Kenalin, gue Salsa. Teman sebangku lo waktu SMA!” Gadis berambut hitam legam sebahu itu menjulurkan tangannya pada Divya.

“Salam kenal kembali!” ujar Divya sembari menahan rasa malunya. Sekarang, entah ia bisa bersikap ramah kepada orang seperti Zefa hingga memiliki teman-taman dekat seperti ini. Ia menoleh pada gadis dengan lesung pipi dan memakai kaca mata yang terlihat begitu manis. Sedikit penasaran dengan nama gadis itu.

“Cyndi, bawahan lo waktu SMA!”

Divya menaikkan sebelah alisnya, tidak begitu paham dengan apa yang Cyndi katakan. “Bawahan?” tanyanya.

“Kamu ketua OSIS waktu SMA dan aku wakilnya,” jawab Cyndi.

Napas Divya seakan terhenti mendengar fakta itu. Karakter tubuh yang ia pakai sekarang sangat berbanding terbalik dengan dirinya. Bebannya kembali bertambah. “Salam kenal kembali, maaf karena melupakan kalian!” ujarnya lalu meneguk salivanya kasar, ini benar-benar sebuah hal baru baginya.

“Gak papa, kok. Lagian, lo lupa juga bukan hal yang disengaja.”

Salsa dan Cyndi saling bertatapan. Mereka tidak tau ingin mengatakan apa setelah ini. Zefa yang lupa ingatan membuat hubungan mereka menjadi kaku. Kehangatan masa lalu kini memeluk mereka sebagai kerinduan.

“Kita duduk di ruang tamu aja!” ujar Divya setelah sekian lama. Semaksimal mungkin tak ingin Zefa kehilangan sahabatnya. “Kalian ambil jurusan apa?” tanyanya sembari terus berjalan menuruni tangga bersama mereka.

Lihat selengkapnya