Acara makrab itu benar-benar melelahkan. Banyak kegiatan dan acara yang harus diikuti. Harus tidur larut malam dan bangun di pagi hari untuk olahraga. Waktu makan sangat terbatas, karena setelah selesai makan harus segera mandi. Pilihannya adalah mandi cepat atau tidak mandi sama sekali. Karena satu kamar mandi untuk 16 orang. Jadi tidak ada pilihan lain selain mengambil waktu makan untuk mandi.
Tetapi di balik semua itu, aku bisa mengenal semua teman-teman satu angkatanku, baik dari progdi yang sama maupun dari pendidikan Bahasa Inggris. Sehingga ini benar-benar kesempatan yang baik untuk menjalin keakraban. Apalagi aku tidak mengikuti masa orientasi mahasiwa baru.
Dua malam setelah dari makrab, Ian datang dengan membawa beberapa film. Tetapi film itu yang menonton kami berdua bercakap-cakap. Beberapa hari tidak bertemu memberi banyak pengalaman yang bisa diceritakan.
Dengan menggebu-gebu, aku menceritakan pengalaman makrabku dan setelah itu dia juga menceritakan pengalaman makrabnya. Ian dari Fakultas Teknologi Informasi yang sebagian mahasiswanya adalah laki-laki. Sehingga cara mereka mengadakan makrab juga berbeda. Lebih tampak seperti cara militer mendidik taruna baru.
“Dunia kuliah memang menyenangkan.”
“Lebih tepatnya berbeda dunia dari masa-masa SMA.”
“Betul sekali. Tapi kamu pasti merasakan juga nanti. Bersama-sama ketika awal-awal kuliah, tetapi mulai terpisah ketika semester bertambah. Apalagi kalau seperti aku gini, sebagian dari angkatanku sudah lulus.”
“Makanya semangat dong mengerjakan skripsi. Jangan timbul tenggelam githu,” aku mengatakannya dengan nada bercanda karena aku tidak ingin menyinggung perasaannya.
“Kamu selalu antusias ya kalau berbicara,” tiba-tiba dia berbicara dengan ekspresi wajah yang serius.
“Oh ya?”
“Iya. Selalu berapi-api, semangat dan matamu itu yang paling menarik, selalu berbinar-binar.” Aku tersipu malu mendengar perkataannya.
“Mungkin karena aku cerewet dan suka bercerita.”