REGRET

quinbbyyy
Chapter #4

Keluarga Cemara

Malam telah tiba dengan lembut, menyelimuti kota dalam gelapnya. Rumah megah di pinggiran kota, dengan desain arsitektur modern yang dipadukan dengan elemen klasik, bersinar hangat dari setiap jendela. Lampu-lampu taman berkilauan lembut, menciptakan jalur bercahaya seperti bintang.

Di dalam rumah ini, ruang keluarga yang luas menawarkan suasana hangat dan nyaman. Lantai marmer yang dingin di bawah kaki tertutup oleh karpet wol tebal berwarna krem, menambah kelembutan di ruang yang didekorasi dengan selera tinggi. Sofa besar dari kulit cokelat tua dikelilingi oleh bantal-bantal empuk, sementara meja kopi kayu mahoni yang dipoles indah berada di tengah. Terlihat pasangan paruh baya yang telah bertahun-tahun bersama, duduk berdampingan di sofa, dikelilingi oleh kehangatan api di perapian sudut ruangan. Ayah Rivaldo mengenakan sweater wol abu-abu dan celana jeans, sementara Ibu Rivaldo memakai gaun kasual biru laut. Mereka tampak tenang dan penuh perhatian, seolah-olah dunia luar tidak ada artinya.

Di layar televisi yang terpasang di dinding, sebuah film drama penuh emosi sedang diputar. Namun perhatian mereka lebih tertuju pada suara dari luar, suara mobil yang mungkin mendekat. Mereka saling menatap dengan penuh harapan dan sedikit kecemasan, menunggu saat yang telah mereka nantikan.

Ibu Rivaldo menoleh kepada suaminya dengan senyum lembut, “Aku rasa dia akan tiba sebentar lagi. Aku bisa merasakannya.”

Ayah Rivaldo membalas senyumnya dengan penuh kasih. “Ya, aku juga merasakannya. Tak sabar rasanya melihatnya setelah sekian lama.”

Ruangan dipenuhi aroma lilin aromaterapi yang menyala di sudut ruangan, menambah suasana menenangkan. Aroma kopi segar juga memenuhi udara, memberikan kehangatan dan kenyamanan di ruang keluarga ini.

Ayah Rivaldo mengambil remote control dan mengubah saluran TV ke berita lokal yang melaporkan kondisi lalu lintas malam. “Bagaimana kalau kita cek lalu lintas? Aku ingin memastikan dia dalam perjalanan yang aman,” kata Ayah Rivaldo dengan nada penuh perhatian.

Ibu Rivaldo mengangguk setuju dan memandang layar TV dengan penuh perhatian. “Itu ide yang bagus. Kita perlu memastikan semuanya lancar.”

Mereka duduk tenang, tangan mereka saling bergenggaman di atas bantal sofa. Momen-momen kecil seperti ini memperkuat kedekatan mereka setelah bertahun-tahun bersama. Menunggu pulangnya putra tunggal mereka selalu membawa kehangatan di hati mereka, penuh harapan dan kebanggaan.

Ketika suara mobil mendekat dan lampu luar rumah semakin terang, kedua orang tua Rivaldo berdiri dengan semangat. Mereka saling melirik dengan tatapan penuh makna, siap menyambut putra tunggal mereka dengan pelukan hangat dan senyuman bahagia.

Dengan pintu depan yang terbuka lebar, mereka berdiri di ambang pintu, menunggu dengan penuh antisipasi. Suara langkah kaki dan tawa ceria dari luar semakin mendekat, menandakan bahwa momen yang telah mereka tunggu akhirnya tiba. Dalam sekejap, rumah mewah mereka dipenuhi dengan kebahagiaan dan kehangatan, menyambut pulangnya orang yang mereka cintai.

"Rivaldo! Kamu sudah pulang, Nak. Ibu senang sekali akhirnya bisa menatap wajah tampan putraku ini."

Dengan suara penuh kegembiraan, Rivaldo menyambut antusiasme ibunya. "Ibu! Ayah! Akhirnya kalian kembali! Rasanya sudah terlalu lama rumah ini sunyi tanpa kalian, aku sangat merindukan Ayah dan Ibu."

Lihat selengkapnya