Langit malam yang gelap menghiasi perjalanan pulang mereka. Di luar, hujan rintik-rintik mulai turun, membasahi jalanan kota yang lengang. Lampu-lampu jalan berpendar, menciptakan bayangan-bayangan samar di aspal basah. Suasana di dalam mobil terasa berat, lebih gelap dari malam di luar sana. Suara mesin mobil yang menggeram halus menjadi satu-satunya suara yang terdengar, namun itu tak cukup untuk menutupi ketegangan yang mengisi ruang di antara mereka.
Nathalie duduk diam di kursi penumpang, tangannya terlipat di dada, matanya lurus menatap ke depan, tapi pikirannya berputar-putar tanpa henti. Perasaannya bercampur aduk antara marah, terluka, dan kecewa. Ia berusaha menahan diri, tapi kata-kata yang ingin diucapkannya terus membara di dalam hati.
Di sebelahnya, Rivaldo, yang mengemudi, mencuri pandang ke arah tunangannya. Ia bisa merasakan ada sesuatu yang salah, namun ia belum mengerti sepenuhnya apa yang telah terjadi. Keheningan yang memanjang di antara mereka semakin mempertegas jarak yang tiba-tiba tercipta. Setiap detik yang berlalu hanya menambah kecanggungan dan ketidakpastian.
Nathalie akhirnya memecah keheningan, suaranya rendah namun sarat dengan emosi yang tertahan. "Rivaldo, aku lihat kamu tadi."
Rivaldo menoleh sekilas, bingung. "Lihat apa? Maksud kamu apa, Ly? Masalah aku ngobrol sama Jessica tadi? Hadeuuhh.."
Nathalie menarik napas dalam, mencoba menahan Nathalieh yang sudah di ujung lidah. "Emang harus banget sama temen sekelas kayak gitu?"
Rivaldo terdiam sejenak, matanya fokus ke jalan, mencoba mencerna apa yang baru saja diucapkan Nathalie. "Kan udah dibilang cuman bahas tugas kelompok. Bub, itu cuma ngobrol biasa aja ga lebih."
"Cuma ngobrol biasa?" Nathalie mengulang dengan nada sinis. "Kamu pikir aku bodoh, Val? Cara kamu bicara, cara kamu memandangnya... Itu bukan sekadar obrolan biasa!"
"Bub, kamu salah paham," Rivaldo mulai merasa terpojok, suaranya mencoba untuk tetap tenang tapi terdengar jelas ada kegugupan di sana. "Jessica itu cuma temen kelas. Kita emang deket, tapi antara aku sama Jess itu ga ada apa-apa sayang.."
Nathalie tertawa kecil, tapi tidak ada kebahagiaan di dalamnya. "Temen kelas? Temen kelas yang kamu pandang dengan tatapan seperti itu? Aku tau banget kayak apa kamu kalo lagi suka sama orang, Rivaldo. Dan itu bukan hanya sekadar pertemanan."
Rivaldo menghela napas berat, tangannya menggenggam erat kemudi, berusaha mencari kata-kata yang tepat. "Bub, aku minta maaf kalo itu bikin kamu ngerasa gak nyaman, tapi kamu harus percaya sama aku. Gak ada yang terjadi antara aku dan Jessica. Kamu tunanganku, Nathalie. Aku sayang sama kamu."
Namun kata-kata Rivaldo tak mampu menembus dinding pertahanan Nathalie yang sudah terbentuk. Matanya mulai berkaca-kaca, tapi ia enggan menunjukkan kelemahannya. "Kalau kamu sayang sama aku, kenapa kamu bikin aku ngerasa kayak gini? Kenapa kamu bikin aku ngerasa ragu sama perasaanku sendiri?"
Rivaldo terdiam, kata-kata Nathalie menyentuhnya lebih dalam dari yang ia kira. Ia tahu ini bukan hanya tentang Jessica atau obrolan di kampus tadi. Ini tentang kepercayaan yang mulai terkikis di antara mereka.