Kamar Rivaldo yang tidak terurus menyisakan suasana suram di sekitar Nathalie, yang baru saja terbangun dari tidurnya. Suara gaduh di ruang tengah membuatnya perlahan sadar, dan saat dia melihat ke arah sumber suara, dia menyaksikan tunangannya, Rivaldo, sedang bercumbu dengan seorang perempuan panggilan. Pemandangan ini mengguncang Nathalie, dan dia merasa sakit hati yang mendalam.
Dengan perasaan campur aduk antara kemarahan dan kesedihan, Nathalie bergegas keluar dari kamar tidurnya dan menuju ruang tengah. Suasana di ruang tengah langsung hening ketika Nathalie muncul, memecahkan kebisuan dengan suaranya yang bergetar. "Rivaldo!" serunya dengan penuh kemarahan, wajahnya basah oleh air mata. "Apa yang kau lakukan? Kenapa kau..."
Rivaldo terkejut dan langsung berdiri, sementara perempuan panggilan itu menjauh dengan cepat. "Nathalie, aku... aku bisa menjelaskan semuanya," kata Rivaldo, wajahnya menunjukkan rasa bersalah yang mendalam. "Menjelaskan apa, Rivaldo?" Nathalie bertanya dengan nada penuh kepedihan. "Aku sudah melihat semuanya. Aku melihatmu bercumbu dengan perempuan lain!"
Rivaldo mencoba menjelaskan dengan suara yang penuh kekacauan emosional. “Nathalie, aku hanya... aku hanya melakukan ini karena aku tidak tahu harus bagaimana. Ketika aku melihatmu bersama pria itu, aku merasa hancur. Aku tidak bisa menerima kenyataan bahwa kau…”
“Jadi, kau merasa berhak melakukan ini padaku?” Nathalie memotong dengan kemarahan yang membara. “Kau tahu, bukan? Aku dijual kepada pria yang kau tahu dan siang ini kau malah…”
Rivaldo melangkah maju dengan ekspresi marah. "Kau tidak berhak merasa seperti ini, Nathalie! Kau sendiri tidak melawan ketika dicium oleh bos lintah darat itu! Aku melihat semuanya!"
Nathalie merasa terkejut dan sakit hati mendengar tuduhan tersebut. "Aku tidak melawan? Aku terpaksa melayani pria itu karena kau menjualku! Apa yang kau harapkan dariku? Melawan dan menghancurkan segalanya?"
"Kenapa kau tidak melakukan sesuatu?" Rivaldo bertanya dengan nada penuh kemarahan. "Jika kau benar-benar mencintai aku, kau harusnya bisa berbuat sesuatu!"
"Apa maksudmu? Kau menjualku untuk melunasi hutangmu, dan sekarang aku yang disalahkan?" Nathalie menjerit dengan penuh kemarahan. "Apa lagi yang kau harapkan dariku? Aku hanya mengikuti apa yang kau buat untukku! Aku merasa seperti barang yang bisa kau jual kapan saja kau mau!"
Rivaldo berusaha mempertahankan sikapnya, namun suaranya bergetar penuh penyesalan. “Aku... aku tidak tahu harus bagaimana menghadapimu. Aku merasa terjebak, dan ketika aku melihatmu bersama pria itu, aku…”
“Jadi, kau merasa lebih baik jika aku menjadi barang yang kau jual?” Nathalie membalas dengan nada penuh kekecewaan. “Aku telah melakukan segala sesuatu untuk kita, dan kau malah menambah penderitaanku dengan tindakanmu yang kejam!” Kemarahan Nathalie memuncak, dan dia berjalan menjauh dari Rivaldo dengan air mata yang mengalir deras. Rivaldo, yang berdiri terpaku dengan ekspresi penuh rasa bersalah, hanya bisa menatap kepergian Nathalie dengan wajah yang menampakkan kekacauan emosional dan penyesalan mendalam.
Ketika Nathalie dan Rivaldo sedang berdebat dengan intens, suasana di ruang tengah rumah Rivaldo semakin memanas. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka dengan keras karena ditendang dari luar. Arjuna, yang baru saja tiba, memasuki ruangan dengan ekspresi kemarahan yang membara. Melihat kekacauan di depannya, dia langsung menghampiri Nathalie.
Arjuna berlari ke arah Nathalie, lalu dengan cepat menutupi tubuh Nathalie yang terluka dan penuh emosi dengan jasnya. "Nathalie, kau tidak apa-apa?" tanyanya dengan nada lembut namun penuh kekhawatiran.
Perempuan panggilan yang masih tidak berpakaian, yang sebelumnya berada di ruang tengah langsung panik dan berlari keluar dengan tergesa-gesa. Suara langkah kakinya bergema di lorong saat ia meninggalkan rumah dengan cepat.
Arjuna, kini membiarkan Nathalie berada di belakangnya, menatap Rivaldo dengan kemarahan yang membara. Wajahnya dipenuhi dengan ketidakpercayaan dan kekecewaan mendalam. "Jadi ini yang kau lakukan pada Nathalie?" teriak Arjuna dengan nada marah. "Kau benar-benar pantas mendapatkan hukuman!"
Tanpa ragu, Arjuna melangkah maju dan mulai menghajar Rivaldo habis-habisan. Pukulan demi pukulan diberikan dengan kekuatan penuh, melepaskan seluruh kemarahan dan kekecewaannya. Suara pukulan dan teriakan Rivaldo memenuhi ruangan, namun Arjuna tidak menunjukkan belas kasihan. Nathalie berdiri di belakang Arjuna, melihat tindakan brutal tersebut dengan ekspresi yang campur aduk. Rasa sakit hati dan kemarahan yang menggebu membuatnya tidak lagi merasa kasihan pada Rivaldo. Dia membiarkan Arjuna melampiaskan kemarahannya, merasakan semacam pembalasan atas semua penderitaan yang telah dia alami.