Regrets

Casseya
Chapter #1

Prolog

"Masa input data aja gak becus?!" Seorang pria tua berbadan gempal tampak berkacak pinggang dengan tangan kanannya yang membawa lembaran kertas "Ini udah tugas yang paling mudah buat anak magang, kalau tugas kayak gini aja kamu gak bisa gimana mau kerja?!" Wajahnya memerah, kertas yang daritadi dipegang sekarang digoyangkannya.

"Saya minta maaf pak." Yang dimarahi hanya bisa menunduk, enggan untuk melihat mata atasannya maupun tatapan dari pegawai-pegawai lain yang melihat dirinya dimarahi. Keringat menetes dari pelipis anak magang itu.

"Jangan main-main sama perusahaan ini! Udah untung kamu bisa keterima disini." Matanya bergerak dari atas ke bawah menghakimi.

"Iya pak, tidak akan saya ulangi lagi."

"Sekarang kamu perbaiki data yang kemarin dan serahkan kepada saya hari ini juga," Lembaran kertas itu dibanting di meja kerja anak malang itu.

"Jangan lupa input data dari bulan lalu sekalian sama laporannya," Anak magang itu menelan ludahnya. Banyak sekali pekerjaan yang harus ia kerjakan padahal jam hampir menunjukkan waktu makan siang. Artinya ia hanya mempunyai waktu 3 jam untuk mengerjakan ini semua. "Dan saya harap tidak ada kesalahan lagi seperti ini, paham?!" Matanya melotot tajam memperingati.

"Baik pak." Akhirnya atasannya kembali ke ruangannya dan semua pegawai kembali melakukan pekerjaannya.

"Hahhh" Anak malang itu menghela nafas berat. Sepertinya ia akan lembur hari ini. Anak malang ini namanya Adrian, mahasiswa semester 5 dari Universitas Heritage. Sekarang sedang magang di perusahaan yang paling di incar oleh para mahasiswa yaitu Perusahaan Solstice karena termasuk perusahaan terbesar top 3 di Indonesia. Yang untuk masuk kesini perlu diadakan beberapa seleksi ketat mengingat hanya 3 orang saja yang terpilih dari tiap satu universitas.

"Kuy Dri, makan siang dulu." Vano menepuk pundak Adrian "Bentar Van, gue rapiin meja kerja dulu." Dari belakang tiba-tiba ada seorang yang merangkul mereka dengan bar-bar "Buruan napa, denger-denger menu hari ini pecel sama soto ayam. Gue gak mau kehabisan jatah," ucap Ryan tak sabar.

Vano merupakan mahasiswa semester 5 dari Universitas Columbus yang juga magang seperti Adrian. Lain halnya dengan Ryan yang merupakan satu-satunya pegawai tetap diantara mereka bertiga. Ia baru bekerja di Perusahaan Solstice selama 6 bulan terakhir.

Mereka bertiga segera pergi ke kantin yang berada di lantai 3. Kantin dari perusahaan besar memang tidak main-main. Lihat saja dari cara penyajian makan siangnya. Biasanya kalau dari perusahaan biasa makan siang kita akan diambilkan oleh petugas. Perusahaan sebesar Solstice tidak seperti itu, mereka menyediakan makan siang dalam bentuk prasmanan dengan dua menu varian yang berbeda. Mewah bukan?

Adrian mengambil barisan prasmanan soto ayam sedangkan kedua temannya mengantri untuk pecel. Karena antrian soto ayam sedikit, Adrian yang sudah mendapat makan siangnya segera mencari tempat untuk mereka bertiga. Untungnya, ia berhasil menemukan tempat yang berada di pojok dekat jendela.

Tak butuh waktu lama untuk menunggu. Kedua temannya datang dengan membawa makan siang mereka.

"Eh guys, gue mau ngasik tahu kalian sesuatu nih," ujar Vano memasukkan suapan pertama pecelnya.

"Apaan nih?" Ryan menaikkan salah satu alisnya.

"Minggu depan gue mau ngundang kalian ke acara tunangan gue."

"Hah! Apa?!" ucap Adrian kaget. Bahkan Ryan saja keselek mendengar pernyataan Vano. Bagaimana tidak? Vano baru berpacaran selama 5 bulan dan ia ingin melangsungkan pertunangan.

"Lo yakin Van?" tanya Adrian memastikan "Yakin banget. Gue merasa Sinta adalah orang gue cari selama ini." jawab Vano dramatis sambil membusungkan dadanya bangga.

"Iya deh yang mau tunangan." Ryan memutar kedua matanya kesal "Lo sendiri gimana sama Puput? Kan minggu lalu baru jadian nih," Vano menyeruput es teh manisnya.

"Udah putus gue." tutur Ryan santai.

Lihat selengkapnya