Suasana pagi hari seperti biasanya di sekolah Grenville Senior High School, banyak motor dan sepeda yang telah terparkir disana, sekolah pun mulai terpenuhi oleh murid dan guru yang berdatangan, termasuk Megan. Namun, pagi itu, ada hal yang membuat mereka terkejut.
'Gue gak sabar pengen ngeliat reaksi semua orang terhadap perubahan Adrian, pasti seru' ujar Megan tersenyum dalam hati sambil berjalan ke arah kelasnya. Belum sampai masuk kelas, tendengar suara riuh di belakang.
'Rame banget sih di belakang, ada apaan sih' Dengan penasaran ia menoleh ke sumber suara, terlihat seorang cowok yang tidak asing dengan perubahannya yang mencolok. Adrian tampil penuh gaya, dengan jaket bomber merah maroon dan juga kacamata tipisnya yang baru.
Semua orang yang berada di lorong, terutama para cewek, yang awalnya tidak memperhatikan sekitarnya menjadi terfokus pada satu objek, Adrian. Perubahannya yang tiba-tiba membuat orang tercengang, dari orang yang berpenampilan cupu, kucel, dan tidak modis menjadi orang yang mempesona.
"Hey, yo!" Dengan songong, Adrian menyapa Megan seperti tidak terjadi suatu hal yang menakjubkan.
"Lo jadi songong ya sekarang, mentang-mentang jadi pusat perhatian," ujar Megan menyilangkan kedua tangannya.
"Iyalah, secara kan gue jadi ganteng. Jelaslah, jadi pusat perhatian." ucapnya dengan percaya diri, pura-pura membersihkan bahunya yang tidak kotor.
"Pede amat lo, gara-gara siapa coba lo jadi kayak gini." Megan mengibaskan rambutnya, sengaja.
"Iya deh iyain." jawab Adrian jengah.
"Terus sejak kapan lo jadi pake kacamata tipis model begituan. Perasaan kemaren gue gak ngasik saran begituan ke lo deh." kata Megan heran, mengingat-ingat semua hal yang terjadi kemaren.
"Emang nggak. Ini kemauan gue sendiri, kemaren gue liat foto orang pake kacamata kayak gini. Mereka jadi tambah kece aja gitu, ya udah gue beli," Adrian mengendikkan bahunya, seakan membeli kacamata itu bukan apa-apa baginya.
"Ampun deh, yang holang kaya." Megan berpose menyembah kepada Adrian.
"Tapi, cocok di gue kan?" tanya Adrian menumpukan jari jempol dan telunjuknya di dagunya dan menaikkan turunkan kedua alisnya.
"Bawel amat sih lo, buruan masuk kelas napa. Lo ngalangin jalan orang, tahu gak," Nampak di belakang Adrian ada beberapa orang yang menunggu mereka selesai bicara tanpa berkedip, tampaknya ia tak menyadari bahwa ia daritadi berdiri di depan pintu kelas, memblokir jalan keluar-masuk.
"Eh, iya, sorry sorry udah ngalangin jalan. Silakan masuk," Dia segera menyingkir ke samping pintu kelas, bahkan ketika mereka memasuki kelas tatapan mereka tak henti-hentinya menatap Adrian yang seakan masih tak percaya dengan apa yang telah mereka lihat sendiri.
"Nanti kita sambung lagi nanti." Megan berlalu dari hadapan Adrian, bersiap untuk memulai pelajaran.
Rame dan berisik. Itulah yang menggambarkan keadaan di sekitar Megan sekarang. Gimana enggak coba? Di sekitar tempat duduknya telah berkumpul banyak cewek caper yang berusaha untuk mengajak Adrian duduk di meja yang sama dengan mereka. Namun, sayangnya usaha mereka sia-sia karena yang dikejar hanya tertarik pada satu cewek saja, Rachel.
"Sendirian aja nih, yuk duduk sama aku, rame-rame lebih seru loh," ajak seorang dari mereka, memegang tangan Adrian mesra, yang langsung ditepis olehnya.