Terkadang persahabatan terjalin begitu saja tanpa ada yang menyadarinya,namun akan terasa jika mereka berada di masa-masa yang sulit. Dan mereka mampu melewatinya secara bersama-sama.
Di SMA Nusa Bangsa....
Hari ini adalah hari dimana para siswa-siswi melakukan MOS.
Terlihat dari kejauhan ramai sekali orang tua yang sedang mengantar Anak mereka ke sekolah.
Waktu yang di tentukan untuk dimulai nya acara tersebut pun sudah tiba. Para siswa berbondong-bondong segera memasuki sebuah ruangan yang sangat lebar.
Di dalam nya terdapat banyak sekali kursi yang berjejer. Mereka pun mulai memilih kursi ternyaman untuk mereka duduki.
"Aah! gue disitu aja deh."kata Rei menunjuk salah satu kursi yang berada agak jauh dari dirinya.
Ia pun segera berjalan menuju kursi yang telah di tunjuknya. Namun harapan nya untuk duduk di kursi tersebut harus ia tarik kembali setelah melihat ada seorang anak perempuan yang sudah lebih dulu menduduki nya.
"Yahh keduluan deh, tapi gak papa deh kan cuma kursi, sekali-sekali buat orang seneng tanpa sepengatahuan orangnya."gumamnya dalam hati lalu tersenyum.
Kemudian Rei pun langsung mencari tempat duduk yang lain. Dan kali ini ia sudah memastikannya bahwa kursi itu memang benar-benar pas. Ia pun segera berjalan menuju kursi tetersebut.
Namun hal yang sama pun terjadi untuk yang kedua kalinya. Seorang anak laki-laki sudah lebih dulu duduk diatasnya.
Suara ketukan mik pun mulai berbunyi yang artinya acara sebentar lagi akan segera dimulai.
Namun Rei belum juga mendapatkan sebuah kursi untuk ia duduki. Ia pun hanya bisa pasrah dalam keadaan seperti ini. Tidak ada kursi kosong lagi di dalam ruangan tersebut. Mungkin dia harus mendengarkan pidato dari kepala sekolah dengan berdiri di tembok belakang ruangan tersebut.
"Huh! Gimana nih? Gak kedapetan kursi lagi."katanya dengan nada mengeluh.
Lalu ia pun mulai berjalan kearah belakang ruangan tersebut untuk berdiri di dekat tembok. Bagaimana tidak? Mau tidak mau ia harus melakukannya demi kelangsungan acara MOS hari ini.
Setelah 5 langkah ia berjalan tiba-tiba suara seseorang terdengar.
"Hey, kamu"
Rei pun membalikkan tubuhnya untuk melihat orang itu dan memastikan apakah orang tersebut memanggil dirinya atau justru orang lain.
"Saya?"tanya Rei sambil menunjuk dirinya tanpa mengalihkan pandangannya yang masih menatap orang itu.
"Iya, kamu"
Ternyata yang sedang memanggil Rei adalah seorang anak laki-laki remaja yang berbadan lebih tinggi daripada Rei.
Rei adalah gadis yang bertubuh mungil. Sedangkan laki-laki tersebut memiliki tubuh yang sangat tinggi.
"Sini"kata laki-laki itu menyuruh Rei untuk mendekat ke arahnya.
Rei pun langsung berjalan kearah laki-laki tersebut.
"Iya saya? Ada apa?" Tanya Rei kepada laki-laki itu setelah ia sampai di hadapannya.
"Kamu belum dapet kursi kan?" Tanya laki-laki itu kepada Rei.
"I-iya"jawab Rei ragu.
"Ini duduk disini aja di samping gue. Belum ada orangnya kok"tawar laki-laki itu pada Rei. Sontak membuat Rei langsung membulatkan matanya.