Semuanya telah kembali. Kegelapan sejarah masa lalu telah menutupi segalanya, tidak ada seorang pun yang bisa melihat kelanjutan cerita masa lalu.
Semuanya hanyalah kisah ilusi yang telah dihapus dan dihancurkan olehnya saat ia memperkenalkan kedatangannya ke dunia itu. Masa lalu yang masih penuh dengan misteri, dunia kematian boneka Stillia untuk yang pertama kalinya dengan menyisakan ruang dan waktu kosong.
Stillia telah menghapus sejarah cerita masa lalu, tidak ada dunia dan kehidupan yang tersisa. Semuanya telah terhapus bersama dirinya yang menghilang sebagai boneka ciptaannya.
Tidak ada seorang pun yang dapat menciptakan kembali sejarah masa lalu kecuali Ascendant Creator.
Namun, semua itu terbantahkan oleh kebenaran yang terkandung di dalamnya. Melahirkan dunia yang sama dengan peradaban dan cerita sejarah yang berbeda.
10.000 tahun ke depan ….
Mirellia terhenti dengan penuh penyesalan yang membuat hatinya terguncang oleh cerita masa lalu. Mirellia tidak akan pernah mengerti dan mengetahui tentang kisah masa lalu yang selalu ia cari sepanjang hidupnya.
"Kenapa? Kenapa aku tidak pernah mengetahui sejarah dunia itu. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ini semua akan sia-sia? Itu tidak mungkin ...."
Cengkeraman tangannya dipenuhi amarah yang tidak bisa diredam dengan mengingatnya yang seketika membuat kristal bencana itu pecah berkeping-keping di tangannya.
"Tidak, aku masih punya tujuan lain kenapa aku terus hidup di dunia ini ... Semuanya adalah tanggung jawabku untuk menjaganya ... Ini adalah dunia kekejaman yang di penuhi misteri dan tersimpan di dalam kegelapan seluruh dunia."
Aura putih kesucian mulai membara keluar menyelimuti seluruh tubuh Mirellia.
"Nah, apa yang bisa dilakukan oleh orang tua sepertiku? Mungkin ini terdengar bodoh ... Tapi, ini belum berakhir ... Aku masih percaya bahwa setelah kematian pasti ada kelahiran kembali yang akan menceritakan semua kisahnya. Karena itu ...."
Mengarahkan tangannya ke depan dengan penuh perasaan untuk melewati penderitaan masa lalu yang belum pernah ia alami sebelumnya. Mencoba melupakan segala beban hati dan pikiran yang selalu menghantuinya, Mirellia akan mengenangnya sebagai pahlawan sejati yang terus mewarnai hidupnya.
"Tunggu aku di sana guru … Aku pasti akan segera menemuimu jika kehidupanku sudah selesai … Aku tidak akan menyia-nyiakan seluruh kehidupan yang selalu mewarnai dunia itu dengan senyuman dan ketangguhanmu."
Menekan tangannya ke dinding kutukan kematian dalam ketenangan. Seketika bunga melati putih mulai menjalar keluar dari ujung kaki dan tangannya. Membuat seluruh tempat itu mulai diwarnai dengan melati putih kesucian yang dilepaskannya untuk melawan kutukan kebencian.
Dinding kutukan maut mulai hilang dan runtuh karena adanya bunga melati putih yang menyucikannya.
Kubah kutukan maut lenyap, semuanya lenyap bagai lubang kebencian yang terlahir kembali menjadi kesucian hati yang alami.
Mirellia mulai melangkah maju dan memasuki tempat itu untuk mendekati Astela sambil melepas kalung permata mawar milik gurunya.
Dewi kematian mengetahui hal ini dengan ekspresi kebencian terhadap Mirellia karena telah menghancurkannya.
"Cih ... Sepertinya ada yang mulai merusak dinding kutukan kematianku. Sepertinya ini adalah perbuatan darinya."
Mirellia memegang erat kalung permata mawar merah milik gurunya dengan penuh kepercayaan. Hatinya sudah mempunyai tekad yang kuat untuk melupakan dan melangkah maju agar bisa memenuhi permintaan gurunya.
Kalung permata mawar merah itu dikenakan dengan lembut pada Astela yang terbaring di bawahnya.
Kalung mawar merah itu tiba-tiba bersinar dan menghasilkan tangkai bunga mawar di dadanya, kemudian menyebar memenuhi tempat itu dengan bunga mawar merah dan bunga melati putih yang berpegangan tangan di dalam lingkaran roda waktu yang akan membuat keajaiban menjadi sebuah kenyataan.
Membentuk sebuah lingkaran besar dengan bunga melati putih kesucian yang berperan sebagai lapisan luar dan bunga mawar merah berada di tengahnya.
Segala kebencian dan kutukan kematian mulai sirna dan musnah. Tubuhnya pulih seiring berjalannya waktu dan perlahan terbangun dari ruang gelap yang membuatnya terus menunggu.
"Uh? Ibu? Dokter?"
"Ya, bertahanlah Astela. Aku akan segera mengantarmu pulang."
Dengan perasaan yang membuatnya tenang, Astela kembali tertidur karena melihat bayangan Syelina dan Mirellia yang sedang melihatnya secara bersamaan.
Mirellia yang menyadari hal itu melirik ke sisi lain.
"Guru?"
Syelina hanya tersenyum lembut dengan penuh harapan untuk anaknya kelak.
Syelina pergi dalam keheningan, hembusan angin mawar membawanya pergi meninggalkan sang murid yang selalu menyayanginya.
Daun mawar merah perlahan menghilang meninggalkan tangkai bunga higanbana yang terjatuh di dekat Mirellia.
Mirellia selalu menaruh kepercayaan kepada gurunya yang akan selalu menemaninya di dimensi lain. Mirellia yang melihatnya memasukkan bunga higanbana tersebut ke dalam sakunya dan segera membawa Astela untuk pergi dari tempat itu.
Hembusan angin dari bunga mawar merah dan melati putih akan selalu membawanya maju untuk terus bertahan di dunia ini.
.
.
Ini benar-benar sangat menyakitkan.
Sekarang hanya ada ruangan kegelapan yang selalu mewarnai dan menemani kehidupanku dalam kesendirian, bahkan tak ada satu orangpun yang ingin memanggil namaku untuk terakhir kalinya.
"Benar-benar dunia gila, kenapa ini harus selalu terjadi kepadaku? Kenapa? Bahkan aku sama sekali tidak melakukan apapun untuk bisa memulainya. Bajingan, aku benci dunia ini."
Bahkan takdir telah menuliskan kematianku untuk mati, menjadi seseorang yang berguna itu memang sangat mustahil untuk bisa aku lakukan karena tak ada secercah harapan untuk bisa mengubahnya.
"Sepertinya sebentar lagi aku akan benar-benar menghilang ...."
Tak ada satupun cahaya harapan yang bisa membuatku merasa bahwa itu adalah harapan yang selalu aku banggakan untuk bisa melangkah maju.
"Ya, semuanya sudah berakhir ... Tidak ada satupun dari mereka yang ingin memiliki teman yang tidak berguna sepertiku."
Menyedihkan.
".... Sampai jumpa ...."
Tiba-tiba, satu kristal kecil mulai menunjukkan jalannya kepadaku, menyinari dan menerangi segala kegelapan yang selalu aku rasakan di dalam kesendirian.
Aku menemukannya.
Dia bersinar terang dengan cahaya putih kesucian dan sudah berada di kedua telapak tanganku yang bersinar terang.
Ini mungkin sulit dipercaya, aku tidak tahu siapa yang memberikannya kepadaku. Dia datang seperti perantara yang akan membimbing jalanku.
Inilah yang aku harapkan....
KkkrrackkkK!
Tapi, semua itu lenyap dalam satu kedipan mata yang membuatnya pergi meninggalkanku sendirian untuk kesekian kalinya.
"Ahh, ini memang pantas untukku. Ya, sebuah harapan palsu."
Aku tidak pernah beruntung kalau soal ini, sepertinya aku tidak pantas mendapatkan apa itu kehidupan baru.