Di sebuah ruang bawah tanah luas yang disangga empat pilar, orang-orang berjubah coklat berdiri mengelilingi pentagram di tengah ruangan. Seorang pria tua memasuki ruang bawah tanah, berjalan perlahan didampingi dua orang lainnya. Satu membawa kotak berisi belati yang ditaruh di atas kain, satu lagi membawa mangkuk.
“Yang Agung!” sambut para anggota sekte dengan bungkukan kecil.
Pria tua yang disebut Yang Agung itu duduk bersimpuh di atas pentagram, mangkuk ditaruh di hadapannya dan kotak belati di samping kaki.
“Kita mulai,” ucapnya.