Reinkarnasi

Adri Adityo Wisnu
Chapter #4

Chapter 3

Ingat… Ingat siapa dirimu,” sebuah suara pria yang serak dan berat menggema memecah keheningan.

Marko ingin bertanya suara siapa itu dan apa maksud perkataannya, tetapi ia tidak bisa menggerakan mulutnya ataupun anggota tubuhnya yang lain. Ia masih berada di kegelapan, tubuhnya terasa melayang di udara. 

Rebut kembali kuasa dan musnahkan para penentang. Lepaskan dirimu dari belenggu dunia fana. Bangkitlah!”

Rasa dingin yang menyelimuti tubuhnya berangsur menghilang, diganti dengan kehangatan. Rasa hangat itu berawal dari kakinya, lalu perlahan bergerak ke atas, ke paha, perut, lalu naik ke dada. Rasanya seperti ada seekor ular besar yang melata di tubuhnya. Rasa hangat itu kini melilitkan diri ke tubuh dan tangannya. 

Kehangatan menyelimuti Marko seluruhnya. Marko merasakan kenyamanan yang ia tidak ingin lepas. Hal itu tidak bertahan lama karena rasa hangat itu tiba-tiba berubah menjadi panas. Marko merasa dirinya seperti terbakar. Ia mencoba memberontak tetapi tubuhnya seperti terikat oleh sesuatu yang kuat. Ia terus memberontak dan memberontak, mencoba melepaskan dirinya dari ikatan tersebut, sementara rasa panas yang dirasakan semakin tidak tertahankan. Ia ingin berteriak tetapi ia tidak bisa membuka ataupun merasakan mulutnya. 

Semakin panas. Marko membuka mata. Ia mendapati dirinya berada di sebuah tempat dengan kegelapan yang tidak berujung. Ketika melihat ke bawah, tubuhnya terikat oleh rantai-rantai besi yang mengeluarkan cahaya kemerahan.

Marko mengerahkan tenaga yang lebih besar untuk melepaskan belenggunya. 

Ia bisa merasakan ikatannya meregang. Ia terus mendorong, mendorong, dan mendorong. 

Rantai yang mengikatnya mulai terputus satu per satu, namun rasa panas yang dihasilkan pun semakin tidak tertahankan. Yang Marko pikirkan hanya satu, bagaimana cara ia melepaskan diri sebelum tubuhnya terpanggang. Ia mengerahkan tenaga yang lebih besar. Ia merasakan kembali mulutnya. Marko berteriak sekuat tenaga. Tidak ada yang bisa mendengarnya di tempat itu. Hanya ada dirinya. Semakin ia berteriak, ia merasakan kekuatannya bertambah. Rantai yang melilitnya pun semakin renggang.

Lihat selengkapnya