Dewi Sekar Arimbi hanya bisa kebingungan saat pasukan dari istana datang ke rumahnya dan meminta agar ia dan ayahnya pindah ke kaputren istana.
"Ampun paduka yang mulia Patih, tapi hamba hanyalah gadis biasa. Buat apa hamba diboyong ke istana?" tanya Sekar Arimbi.
"Ini adalah perintah dari yang mulia langsung. Saat ini telah terjadi kekacauan, banyak gadis-gadis yang ditemukan meninggal dalam kondisi tidak bernyawa lagi.Dan mereka semua lahir di malam jumat legi. Apakah nisanak mau jika menjadi tumbal selanjutnya?" tanya Patih Benggala dengan tegas.
"Ampun yang mulia, kami menurut saja kalau begitu," kata Cokro Suta ayah Dewi Sekar Arimbi. Cokro Suta adalah bawahan dari adipati Sangkar. Ia hanya memiliki Dewi Sekar Arimbi sebagai keluarganya. Istrinya sudah lama meninggal dunia. Tentu saja ia tidak ingin jika ia kehilangan putri satu-satunya yang sangat ia cintai itu.
Pasukan istana pun segera membawa Dewi Sekar Arimbi dan ayahnya menuju ke istana. Sesampainya di istana keduanya diberi tempat tinggal di kaputren istana dekat dengan kaputren Raden Ayu Gayatri putri bungsu Raja Bratanaya.
Sementara itu Raden Kamandraka yang baru saja di jemput oleh utusan kerajaan tiba tepat saat iring-iringan yang membawa Dewi Sekar Arimbi tiba. Untuk sejenak pandangan keduanya sempat bertemu. Raden Kamandraka hanya melihat sekilas untuk kemudian meneruskan langkahnya. Namun tidak demikian dengan Dewi Sekar Arimbi. Ia merasakan getaran-getaran yang terasa sangat aneh namun hangat di dadanya. Ia jatuh cinta tanpa sadar bahwa cinta itu akan membawanya ke dalam marabahaya yang mengincar nyawanya.
***