Jenazah Dewi Sekar Arimbi dibawa ke Kahuripan dan segera dikremasikan.
"Semoga Dewa memberkati Dewi Sekar dan kelak bisa reinkarnasi di kehidupan yang lebih baik," kata Prabu Bratanaya.
Hari ketiga setelah upacara kremasi Raden Kamandraka dan beberapa prajurit pilihan juga Patih Benggala berangkat ke kaki gunung Ciremai. Tujuan mereka adalah padepokan Segara Geni. Melalui telepati, Empu Supa meminta agar Raden Ayu Putri Gayatri dibawa ke Padepokan.
"Maafkan murid yang lalai,Eyang guru," ujar Kamandraka saat menghadap Empu Supa Mandrageni.
"Tidak ada yang bisa menolak takdir, cucuku," ujar Empu Supa.
"Putri Gayatri akan aku sembunyikan di tempat yang paling aman," kata Empu Supa.
"Di mana,Eyang Guru?" tanya Patih Benggala.
Padepokan milik Empu Supa bukanlah padepokan yang besar dan memiliki banyak murid. Empu Supa tidak sembarangan menerima seseorang untuk menjadi muridnya. Hanya mereka yang berjodoh saja dengan beliau yang bisa menerima ilmu dari lelaki tua yang masih mampu berdiri tegak dan berkelahi itu.
"Suruh semua prajuritmu keluar, Patih Benggala!" perintah Empu Supa.
"Jika ada yang berani mengintip kalian akan tau akibatnya," kata Empu Supa dengan tegas.