Gejolak gairah sudah mulai naik kepala Adrian. Sehingga menimbulkan keberanian bagi dirinya. Begitulah kalau dua insan berlainan jenis duduk berdampingan di tempat yang sangat memungkinkan.
Maka setan (iblis Shinta) akan hadir bersama mereka. Dan kali ini setannya begitu cantik bukan hanya hadir ditengah mereka berdua, tetapi justru berada di dalam raga Cindy.
Adrian yang biasanya mampu menahan diri dari godaan terhadap perempuan, kali ini mulai kehilangan kendali atas dirinya. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya, perasaan manusiawi yang sulit dijelaskan.
Apalagi ia tahu masa lalu Cindy yang pernah luka dan menderita pengkhianatan. Ada aroma lembut dari tubuh gadis itu yang bukan sekadar wangi, melainkan membawa getar halus yang mengguncang batin dan menimbulkan pergolakan perasaan di dalam dirinya.
Hanya saja dalam hatinya Adrian berjanji, seandainya jika sampai hal-hal yang lebih jauh terjadi terhadap Cindy, maka dia akan segera mengawininya saja. Sebagai realisasi tanggung jawabnya.
Adrian lalu melirik ke kiri dan kanan. Tampaknya penumpang yang lainnya sudah pada tidur. Padahal ulah roh Sintalah yang membuat mereka terlelap.
Terkena sirep.
Adrian memutar kepalanya ke arah deretan bangku belakang, ternyata barisan bangku di belakang sudah tidak ada penumpang. Tampaknya sudah pada turun pada kota-kota yang telah mereka lewati.
Hujan di luar sudah begitu lebatnya. Dinginnya malam sudah melebihi batas toleransi tubuh dengan pakaian biasa. Sehingga tanpa terasa Cindy semakin merapatkan tubuhnya ke arah Adrian.
Merasakan hal demikian dan karena melihat situasi cukup aman, tanpa ayal lagi Adrian memeluk tubuh Cindy. Gadis itu diam saja. Dia hanya memandang Adrian lekat-lekat. Adrianpun semakin berani. Tangan yang merengkuh bahu Cindy tadi diturunkan ke pinggang Cindy. Gadis itu masih tetap diam.
Sepertinya dia memang menyukainya
Melihat kenyataan Cindy tidak menolak dirinya, Adrian menarik tanggannya dari pinggang Cindy, kemudian tangan itu dilingkarkannya melalui bawah ketiak Cindy langsung memeluk perut bagian bawahnya.
Cindy tetap tidak menepiskan tangan Adrian. Melihat hal ini, Adrian yakin sudah bahwa gadis inipun menyukainya.
Adrian lalu memegang tangan gadis itu dan meremasnya. Beberapa kali dia meremas, Cindy diam saja. Baru pada remasan yang kedelapan, Cindypun mulai memberikan reaksi.
Karena gayung bersambut, Adrian merapatkan dirinya dan memeluk Cindy dengan erat. Adrian tidak mau menunggu lama lagi. Rambut Cindy yang panjang itu berkibar-kibar menyapu wajah Adrian.
Sebenarnya, Adrian belum pernah benar-benar merasakan kehangatan kedekatan dengan seorang wanita. Selama ini ia hanya mengenal cinta lewat buku-buku yang dibacanya dan cerita teman-teman yang sering ia dengar sambil lalu.
Namun kini, saat ia benar-benar mengalaminya sendiri, semua teori yang pernah ia ketahui seakan lenyap begitu saja. Ada getaran yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata—perpaduan antara kagum, gugup, dan rasa bahagia yang mengalir lembut, membuat setiap detik bersamanya terasa begitu hidup.
Setelah cukup lama larut dalam kehangatan kebersamaan itu, Adrian kembali merengkuh Cindy dengan lembut. Tangannya menelusuri punggung dan bahu gadis itu seakan berusaha menegaskan bahwa ia benar-benar ada di sana, bukan sekadar mimpi.
Setiap gerakannya penuh perasaan, bukan dorongan naluri semata, melainkan ungkapan kasih yang tulus dan rasa kehangatan yang telah lama terpendam.
Segera terasa oleh Adrian bagian-bagian tubuh gadis itu yang membuat lelaki betah bermain di sana sini selama bermenit-menit. Adrian meremas tangan Cindy dengan perlahan tetapi intens. Cindy menggelinyang. Kedua tangannya memegang tangan Adrian. Kata kawannya itu pertanda wanita menyukainya.
Adrian lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Cindy dan mengajaknya berbisik, "aku mencintaimu!"