Adrian tersenyum dalam diam. Hatinya terasa penuh, seolah baru saja menemukan dermaga tempat kapal hidupnya berlabuh. Kali ini ia yakin, dialah tambatan hati yang selama ini dicari. Dalam hatinya, Adrian berjanji akan setia menjaga, mendampingi, dan menguatkan Cindy, apa pun yang terjadi.
Di sampingnya, Cindy terlelap di bahunya. Nafasnya teratur, wajahnya tenang, seperti anak kecil yang baru menemukan kehangatan pelukan ibunya. Adrian tahu, kelelahan itu bukan hanya karena beberapa malam ia kurang tidur, tetapi juga karena seluruh perasaan dan tenaga yang ia curahkan dalam kebersamaan mereka.
Bagi Adrian, itu bukan sekadar lelah, melainkan bukti indah bahwa mereka benar-benar telah saling memberi hati. Dalam tidurnya Cindy bermimpi dia dikejar oleh Anton mantan pacarnya dulu, tetapi Adrian datang menyelamatkannya. Lalu dia menikah dengan Adrian dan mereka mempunyai anak-anak yang lucu dan nakal.
Roh Sinta jadi enggan meninggalkan tubuh Cindy. Dia merasa keenakan tadi. Tapi dia tidak bisa melampiaskan gairahnya dengan sepuas-puasnya. Karena percintaan mereka lakukan di atas jok bis yang sedang berjalan.
***
Hari sudah subuh ketika mereka sudah sampai di kota Sintang. Adrian membangunkan Cindy. Dengan malas Cindy menggeliat dan menguap.
"Malas ah. Masih mau tidur," katanya manja, karena dia mengira sedang berada di rumah.
"Eh sudah. Ini bukan di rumah. Bus ini akan berangkat ke tempat pencuciannya," tukas Adrian sambil kembali menguncang bahu Cindy dengan perlahan.
“Eeehhh…?” ujar Cindy kaget sambil masih dalam keadaan ngantuk.
Cindy kemudian terpaksa membuka matanya lebar-lebar. Dengan masih mengucek-ngucek matanya, lalu dengan malas-malasan dia mengemas barang-barangnya.
"Rumahmu di mana?" tanya Adrian.
"Jalan Untung, Gang Bahagia no.19," jawab Cindy.
"Berani ke sana sendiri?"
"Antarin dong. Masa sama calon isteri saja begitu," rengeknya manja.
Adrian mengambil tasnya dan sekalian memungut tas Cindy. Ketika sudah berada di luar bis, Adrian melambaikan tangan ke arah salah satu tukang becak yang sudah antri menunggu penumpang di terminal dan ketika becak tiba, Adrian lalu menyebutkan alamat yang di tuju.
Memang adanya banyak ojek motor, tetapi kalau naik ojek motor maka mereka akan berpisah, sedangkan kalau naik ojek becak, maka mereka bisa duduk berdua.
Tukang becak mengengkol becaknya dengan sangat bersemangat sehingga terkadang becaknya oleng saking cepatnya. Orang-orang di sekitar terminal sudah banyak yang bangun dan melakukan aktivitas mereka. Ada yang berjualan sayuran, ada yang sibuk menggoreng bakwan, bahkan ada juga yang sibuk berolah raga pagi.
Ternyata rumah Cindy tidaklah begitu jauh, sehingga dalam waktu yang tidak lama mereka sudah sampai. Adrian memberikan satu lembar sepuluh ribuan kepada tukang becak dan mengangkat tangan mau mengetok pintu rumah.
"Tidak usah. Saya bawa duplikatnya kok. Lagi pula mungkin Bapak sedang tidak di rumah," ujar Cindy.
“Ibumu?”
“Dia meninggal dunia ketika melahirkan aku.”
“Oh. Lalu saudara-saudarimu yang lain?”
“Aku anak tunggal.”
“Ooh.”