Sekarang tempat ini dipenuhi rumah kost. Kebetulan rumah kost itu memang banyak di sewa oleh mahasiswa-mahasiswi yang cukup mampu, karena harga sewanya yang mahal.
Shinta menyewa kamar nomor sembilan, sendirian. Sebab dia tidak biasa bersama-sama orang lain. Shinta memang jadi primadona di sekitar tempat kostnya. Semua pria merasa berbahagia bila mampu membawanya ke tempat tidur. Dan Shinta memang menganut faham seks bebas. Baginya tidak ada ketentuan harus setia atau menjaga kesucian.
Dulu sekali, Shinta adalah seorang gadis kampung yang lugu. Karena perjalanan hiduplah yang membuatnya jadi seorang wanita yang seks maniak. Hal itu bermula dari tempat tinggalnya di sebuah kampung di dekat Bukit Kelam. Pada waktu itu Shinta baru berumur belasan tahun. Kebetulan di desanya ada sekelompok mahasiswa Universitas tanjungpura yang sedang KKN. Salah seorang di antara mereka adalah Rahmat.
Rahmat sering menggoda Shinta yang baru kelas satu esempe itu. Pada suatu hari Rahmat minta di antarkan ke kaki sebuah bukit di balik desa. Katanya mau melihat kepiting emas yang banyak terdapat di sana. Dikatakan kepiting emas karena warnanya kuning seperti emas dua puluh empat karat.
Shinta yang lugu mau saja memenuhi permintaan Rahmat. Mereka pergi tanpa sepengetahuan orang lain. Keduanya keasyikan menangkap kepiting emas yang memang banyak di sana. Akhirnya keduanya kelelahan. Shinta haus.
"Jangan minum air mentah, Shinta...!" kata Rahmat ketika melihat Shinta menunduk mau minum air sungai yang begitu jernih. "Nanti kamu sakit perut...!"
"Aku haus..."
"Minum ini saja...," desis Rahmat sambil mengacungkan sebuah botol Sprite yang sudah di buka. Ïni pasti tidak ada penyakitnya.”
Shinta menerimanya, karena haus dia meneguknya sampai habis. Rahmat senyum-senyum penuh arti. Shinta adalah gadis desa belia yang masih sangat lugu, tidak menyadari sesuatu yang sangat berbahaya sedang terjadi. Rahmat melihatnya sambil tersenyum.
Obatnya mulai bekerja.
Di negeri Konoha ini, obatan terlarang, judi online, korupsi, premanisme, debt collector, dan pencurian berjalan sangat lancar. Karena tidak ada aparat yang memberanatasnya, sehingga masyarakat moralnya kacau balau. Para oknum pejabat pun memanfaatkannya untuk kemakmuran diri mereka.
Meskipun itu jelas penjual narkoba, keadaan ekonomi mereka melimpah dengan rumah mewah dan mobil-mobil mahal, tubuh kurus kering, aparat pura-pura saja tidak melihatnya. Karena merekapun memperoleh manfaatnya.
Keadaan begitulah yang membuat Rahmat mudah memperoleh obatnya …
Tak lama kemudian Shinta merasakan sesuatu bergolak di dalam tubuhnya. Perasaannya jadi tidak menentu. Jantungnya berdetak tidak beraturan. Dan anehnya dia merasakan ingin sekali di peluk oleh Rahmat. Tanpa ada perasaan malu sama sekali, karena perasaan logisnya sudah tidak berfungsi.
Rahmat yang sudah berpengalaman segera memeluk tubuh itu, Shinta sama sekali tidak menolak. Shinta pasrah. Dia tidak menolak ketika Rahmat mencumbui dirinya. Juga tidak menolak ketika ketika jari-jari Rahmat berkeliaran ke mana-mana.
Shinta menurut saja ketika Rahmat memandu tangannya untuk untuk melakukan segala sesuatu yang sangat asing baginya. Sehingga membuat Rahmat memejamkan matanya.
"Kamu sudah punya pacar, Shinta?"
"Belum?"
"Jadi pacarku saja."
"Tapi aku belum pandai."
"Kamu bisa belajar."
"Ajari aku ya!"
“Sekarang juga kamu sedang belajar.”