Paskalia duduk di tepi tebing batu, matanya terpaku pada riak-riak riam yang berkilau diterpa cahaya perak bulan purnama. Sungai itu seakan tak pernah mengenal lelah airnya terus mengalir, berputar, bergolak, lalu menghunjam deras ke dasar yang gelap dan dalam. Suaranya bergemuruh, memecah kesunyian malam yang hanya ditemani nyanyian air bergejolak.
Tiba-tiba angin berhembus dan sebuah tubuh cantik muncul di dekat Paskalia. "Dari mana saja kamu, Shinta?" tanyanya Paskalia tanpa menoleh. Karena dia sudah tahu siapa yang datang.
"Biasa, Kak...!" jawab gadis yang baru datang itu malu-malu sambil meraih kembali gelang yang memandunya.
Paskalia kembali menatap ke arah riam yang selalu bergolak itu.
"Kakak suka dengan alam, ya?" celetuk Shinta.
Gadis yang di tanya itu menarik nafas dalam dan tersenyum. "Memandang alam membuat hatiku sejuk. Dan..."
Paskalia tidak melanjutkan ucapannya.
"Dan apa, Kak?"
"Aku seperti melihat wajah kekasihku di sana...!"
Shinta menatap wajah Paskalia dalam-dalam. Di bawah cahaya perak rembulan, ia tampak bagai dewi malam yang turun dari langit. Wajahnya bening, lembut, dan memesona. Rambut hitamnya menjuntai panjang hingga tumit, meski sebagian digelung anggun ke atas.
Tubuhnya tinggi, ramping, seolah terukir dari garis-garis halus. Gaun hitam yang membalutnya justru menegaskan kontras kulitnya yang pucat berkilau. Dialah gadis dengan kecantikan yang seakan tak tertandingi, sebuah rahasia malam yang sukar dilukiskan kata-kata.
"Sungguh bahagia laki-laki yang mendapatkan cinta kakak itu..," ujar Shinta tanpa sadar.
"Mengapa?"
"Kakak begitu cantik dan berilmu tinggi. Bahkan rela menunggu sampai ribuan tahun. Apa itu tidak membahagiakannya?"
"Justru aku yang berbahagia menerima cintanya...!"
"Kok bisa begitu, Kak?"
Paskalia meraih sebuah kerikil kecil. Dilemparkannya ke arah riam yang mengalir di bawah mereka. Batu itu tenggelam dengan menimbulkan riak yang tidak kelihatan di makan gelombang riam.
Dia lalu menyungging sebuah senyuman kecil. "Ryan begitu tampan dan kaya. Dia juga sakti mandraguna. Tapi dia mencintai aku dengan tulus. Padahal dia bisa mendapatkan gadis yang sederajat dengannya. Apapun halangannya. Tapi dia tetap mencintaiku. Bahkan dia rela tidak menikah sampai akhir hayatnya…," jelas Paskalia dengan panjang lebar dan dalam suara penuh haru.
Shinta menjadi penasaran akan cerita Paskalia, meskipun masih lebih banyak misteri, tetapi sepertinya rumit dan mendalam.
"Kak, boleh aku tahu lebih jauh tentang dirimu?"
Paskalia tersenyum. "Sebenarnya tidak ada yang menarik...," ujarnya mengomentari permintaan Shinta.
"Tapi kakak mau bercerita, kan?"
Paskalia menggangguk. Hubungannya dengan Shinta semakin akrab. Walaupun pada awal pertemuan mereka di mulai dengan pertentangan. Tapi akhirnya mereka jadi bersahabat dan bahkan menganggap hubungan mereka sebagai kakak dan adik. Lebih- lebih lagi karena Shinta begitu manja padanya.
"Peristiwa tragis yang menimpa diriku terjadi kurang lebih lima ribu tahun yang lalu," tutur Paskalia memulai ceritanya. "Pada waktu itu di Kalimantan masih dalam jaman Kanyou."