Reinkarnasi

Yovinus
Chapter #23

23-Tamu Tidak Diundang

 

Pemuda itu terdiam, sepertinya dia cukup terkejut lalu menoleh ke kiri dan kanan. Tapi dia sama sekali tidak takut. Dia hidup miskin, yatim dan tidak punya siapa-apa. Dia kuliah karena kemauannya saja, sebenarnya terpaksa.

Sehingga dia sudah terbiasa hidup menderita dan di dalam kamusnya sama sekali tidak ada ketakutan. Hanya saja kebetulan dia sangat taat, sehingga apapun tidak membuatnya takut.

Sehingga Shinta terpaksa membuat dialog yang tetap tidak memperlihatkan wujudnya. “Hey anak manusia, aku sudah lapar, bersiaplah untuk ku makan.”

Mendengar ancaman itu, kembali pemuda itu berdoa dan memejamkan matanya, sepertinya pasrah saja karena dirinya sama sekali tidak memiliki senjata dan tubuhnya masih lemah karena tadi sudah pingsan.

Hidup dalam keadaan miskin begini, baginya matipun tidak masalah, toh semua mahkluk hidup bakaklan mati, kan? Jadi dia tidak takut sama sekali. Meskipun yang datang itu iblis sekali pun, dia biasa saja.

Melihat pemuda itu pasrah saja, Shinta tertawa cekikikan.

“Sudahlah. Jangan lagi menggodanya!” tukas Paskalia.

“Ya kak,” sahut Shinta patuh.

“Biarkan kakak yang menanyai lagi.”

“Ya, kak.”

Paskalia lalu memandang ke arah pemuda yang sedang terpejam pasrah itu. “Hai pemuda, kami jadi tidak berselera memakanmu. Kamu sepertinya kurang makan, jadi kurus kering dan tidak berlemak.”

Pemuda misterius itu lalu kembali membuka matanya. Dia kemudian berusaha duduk dan bersandar di dinding pondok. Dia menarik napas panjang, makan bakso pedas tadi terasa sekali di dalam perutnya.

“Di makan pun aku tidak masalah, karena hidupku memang sangat susah, jadi mati pun sudahlah,” sahut pemuda itu dengan nada yang sedih.

“Apa yang membuatmu begitu bersedih?” tanya Paskalia tetapi tetap tidak memperlihatkan wujudnya.

Laki-laki itu tidak tahu dari mana asal suara itu, karena bergema saja di sekelilingnya.

“Aku memang hidup miskin, tidak punya orangtua, tidak punya sanak saudara selain seorang nenek saja. Jadi matipun ya sudahlah. Jika engkau ingin memakan ku, ya silakan saja, biar lah segalanya cepat selesai. Lebih cepat lebih baik,” katanya sambil memejamkan matanya.

Paskalia merasa kasihan kepadanya, tetapi sayang dia tidak bisa menggunakan ilmu kesaktiannya untuk menyelidikinya. Akhirnya dia memutuskan mengembalikan pemuda itu ketempatnya tadi.

Paskalia lalu menggerakan tangannya, sehingga pemuda itu kembali tertidur dan beberapa detik kemudian dibawanya kembali ke tempatnya pingsan tadi. Diam-diam juga Paskalia memasukan beberapa ratus ribu uang ke dalam saku pemuda itu.

Lalu dia kembali menggerakan tangannya, sehingga pemuda itu sama sekali tidak ingat akan peristiwa yang yang dialaminya tadi. Dia hanya menyadari jika dirinya memeluk sebuah batang pohon akasia.

Lalu dia melihat sekelilingnya, rupanya tidak ada siapa-siapa lagi di situ, tukang bakso pun sudah lama tutup. Dia lalu berjalan pulang ke asrama tempa tinggalnya, tanpa ingat apa saja yang dialaminya tadi selain makan bakso.

Paskalia dan Shinta tetap mengikutinya dari jauh tanpa kelihatan, menjaga jangan sampai dirinya di rampok oleh para penjahat yang tampak berkeliaran sambil menenteng senjata tajam di dekatnya.

Setiap mereka berupaya mendekatinya, dari jarak jauh Paskalia dan Shinta menggerakan tangan mereka, sehingga para penjahat itu lari tunggang langang karena tubuh mereka terpelanting oleh sebuah dorongan tenaga yang dahsyat tanpa tahu siapa penyebabnya.

“Mallak, kamu ke mana saja?” tanya kawannya yang melihat Mallak pulang sudah larut malam.

Lihat selengkapnya