Rekata Laila

FAKIHA
Chapter #23

23. Pesan Milo

Daripada bosan menunggu sesuatu yang tak kunjung datang, aku lebih memilih memanfaatkan ponselku untuk membuat video motivasi. Aku menulis terlebih dahulu teks yang ingin kuucapkan agar kalimat-kalimat dalam video itu tertata rapi. Sepertinya ruang luang ini akan kujadikan sebagai tempat serbaguna untuk berbagai kebutuhan. Kadang-kadang, ketika merasa bosan, otakku selalu suka bereksperimen mencoba berbagai hal, tetapi saat rasa bosan itu datang kembali, aku sering malas melanjutkannya.

Aku adalah salah satu dari banyak orang yang memiliki beragam bakat. Sayangnya, aku belum benar-benar menekuni bakat-bakat itu hingga mencapai kesempurnaan. Akibatnya, aku hanya mampu menguasai sebagian kecil dari kemampuan tersebut. Itu benar-benar tanggung sekali.

Sekitar tiga puluh menit kemudian, aku berhasil menyelesaikan tulisan ini. Aku sengaja menulisnya di kertas HVS, karena jika mengetik di laptop atau di iPod, sering kali terjadi typo atau sulit diingat. Namun, ketika aku menulis di kertas, apa pun yang kutulis terasa lebih mudah dipahami dan diingat dengan baik.

Aku mulai merekam video dengan handphone. Aku sudah meletakkan semua yang kubutuhkan: tripod yang posisinya sudah aku sesuaikan dengan baik, mengatur cahaya lampu yang begitu terang agar gambarnya terlihat bagus, tempat, iPad untuk membaca teksnya, dan lain-lain.

Untuk apa memiliki handphone dengan kualitas bagus jika hanya digunakan untuk pamer? Rugi sekali, bukan? Aku lebih suka memanfaatkan sesuatu dengan baik. Bagaimana tidak, aku merasa rugi ketika membeli sesuatu tetapi barang itu tidak digunakan dengan baik.

Aku mengenakan trench coat warna biru dongker yang dipadukan dengan pashmina warna hitam dan kaos pendek sekaligus celana putih sebagai inner-nya. Penampilanku terasa sempurna, menciptakan aura percaya diri yang aku butuhkan saat berada di depan kamera.

Aku sudah membaca seluruh teksnya beberapa kali. Dengan tenang, aku mulai mengatakan pada kamera tanpa terus-menerus menatap layar iPod. "Halo semuanya! Aku Laila Shazhara, dan selamat datang di video pertamaku di saluran YouTube ini, Rekata Laila." Aku menjeda lebih dulu, mengatur napas sebaik mungkin. Lalu melanjutkan, "Di sini, setiap kata dan cerita yang kita eksplosi." Aku salah mengatakan kata itu. Lalu aku mengulang kembali dengan tenang.

"Di sini, setiap kata dan cerita yang kita eksplorasi." Lagi-lagi, aku salah mengucapkan kata itu. Aku menjeda perekaman videonya dulu, merasa sedikit frustrasi. Kenapa sulit sekali? Sepertinya stok kesabaranku masih banyak; itu artinya aku masih bisa tenang. Aku mengambil air minum dari botol di meja kerja di ruang luang ini, merasakan dingin air menyegarkan tenggorokanku.

Lalu aku kembali melanjutkan membuat videonya, menekan tanda bulat kamera. Kamera handphone mulai merekamku. "Eksplorasi." Tepat sekali. Setelah salah berulang kali, akhirnya aku tidak salah mengucapkan kata itu lagi. Rasanya seperti sebuah kemenangan kecil.

Aku mengulang semua dari paragraf keduanya. Aku tetap membacanya di iPad, tulisan yang sudah aku tulis di kertas aku pindahkan ke laptop. Dengan semangat baru, aku membacakan kembali, "Di sini, setiap kata dan cerita yang kita eksplorasi mewakili beragam aspek kehidupan, inspirasi, buku, dan kreativitas. Terima kasih sudah menonton video awal ini." Aku berhenti sejenak, lalu merekam paragraf selanjutnya, merasakan aliran kata-kata yang semakin lancar.

"Dalam perjalanan hidup, kita sering dihadapkan pada tantangan yang tampaknya tak teratasi, yang menguji ketahanan dan kekuatan kita." Suaraku mulai mantap, setiap kata yang diucapkan mengandung makna.

"Namun, di balik setiap rintangan terdapat kesempatan untuk menemukan kekuatan yang belum pernah kita ketahui ada dalam diri kita. Ketika segalanya terasa gelap, ingatlah bahwa bahkan..."

"Lail," tiba-tiba Mama memanggilku dengan mengeraskan suaranya dari luar ruangan ini. Aku menghela napas. Kamera masih berlangsung. Aku segera menjawab panggilannya. Tidak baik dipanggil sampai tiga kali tanpa menyahut.

"Iya, Ma. Aku di ruang luang. Ada apa?" tanyaku dengan mengeraskan suara supaya Mama bisa mendengar suaraku dari dalam.

"Mama sama Papa mau pergi ke kantor dulu. Ada hal yang harus dibereskan."

"Baik, Ma..." Setelah itu suara Mama tidak terdengar lagi. Aku melanjutkan membuat videonya. Nah... lupa, kan, jadinya. Mataku kembali menangkap tulisan yang berada di layar iPad.

"Dalam keterpurukan, ada cahaya harapan yang menunggu untuk ditemukan. Menerima diri kita dengan segala ketidaksempurnaan adalah langkah pertama menuju kebangkitan."

"Jangan biarkan kesulitan menghalangi impianmu. Sebaliknya, biarkan pengalaman itu membentukmu menjadi pribadi yang lebih kuat dan penuh makna. Dengan setiap langkah kecil menuju tujuan, kita tidak hanya menemukan diri kita yang sebenarnya," aku menjeda lagi, merasakan semangatku mulai menggebu.

Notifikasi dari handphoneku berbunyi. Panggilan dari Mama. Jariku dengan cepat menggeser ikon hijau. "Kenapa, Ma?"

"Mama lupa, tadi waktu selesai masak, kompor belum dimatikan, Lail. Tolong matikan ya! Soalnya Mama sudah jalan," titahnya.

"Baik, Ma." Lalu panggilan selesai begitu saja. Aku menjeda perekam kamera video itu. Tanganku dengan cekatan memutar roda kursi roda yang aku pakai untuk keluar menuju dapur, merasakan kebisingan dapur yang penuh dengan aroma masakan.

Lalu setelah sampai di dapur, aku langsung mematikan kompor itu. "Ceroboh sekali," gumamku. Aku kembali ke ruang luang untuk melanjutkan membuat video itu, menekan tombol rekam lagi dengan harapan kali ini semuanya akan berjalan lancar.

"Tetapi juga memberi inspirasi bagi orang lain untuk melangkah maju dengan berani." Akhirnya selesai, sekarang tinggal proses editing-nya.

Aku selalu berpikir jika membuat konten video di YouTube atau media sosial lain hanya satu take langsung jadi. Ternyata tidak semudah itu. Setiap kali aku harus berjuang dengan kata-kata dan konsentrasi. Entah sudah berapa kali video yang nantinya aku buang, namun setiap proses adalah pelajaran berharga yang akan membentukku menjadi lebih baik.

*****

Setelah selesai merekam video yang akan di ungggah ke YouTube aku melanjutkan proses pengeditan di laptop di ruang luang. Hingga satu jam kemudian, akhirnya semuanya selesai. Setelah merapikan semuanya, kepalaku terasa pening, dan aku memutar roda kursi roda menuju dapur untuk makan. Sepertinya maagku kambuh lagi.

Lihat selengkapnya