RelationSHIP

Gusty Ayu Puspagathy
Chapter #9

KUTUKAN D.E.

Selada rasa kambing tua 

Dibumbui kisah kutukan 

Sial! Ada wajah tak menua 

Ada rasa yang segera disekat 

 

“Sahya, nanti siang gabung ya. Ada acara makan-makan khusus cewek di lantai tiga.” 

Liana menyetop jalanku yang baru masuk lobi kantor. Dia salah satu penghuni lantai tiga yang didominasi cewek-cewek modis bagian keuangan dan pembelian. Selama di sini, aku baru sekali berkumpul dengan mereka. Ya, saat awal masuk. Setelah itu, sekat kembali kutinggikan. Aku merasa kurang nyaman, mungkin karena beda server. Pertemuanku dengan mereka hanya saat pengambilan uang makan saja yang sengaja diberi tunai seminggu sekali.  

“Itu siapa yang berani buat aturan makan-makan khusus cewek? Pelanggaran berat. Sahyang baru berani ke atas kalau diantar pasukan DE.” Radite yang mengekor di belakangku ikut berhenti. 

“Nggak ada jatah. Apalagi buat bandit!” tegas Liana. 

“Kejam kayak ibukota kamu, Li. Kapan hari cuma dikasih slip gaji tanpa isi. Sekarang dicoret dari daftar penerima subsidi maksi.” 

“Sahya, bisa nggak ngamanin makhluk ini?” 

Refleks aku mengambil botol minum di tas bagian samping dan mengelus tiga kali sambil merapal, “Bang Dit masuk.” 

“Kalo aku masuk beneran, bahaya di kamu, Sahyang.” 

Radite cengengesan sambil menaik turunkan alisnya. Seketika aku mendelik dan nyaris memukul bahu Radite dengan botol minum. Untung dia lebih dulu kabur. 

*** 

Tidak ada alasan menolak undangan makan saat uang bulanan tipis. Tak masalah terlambat lima belas menit dari jam istirahat. Aku baru masuk kantor lagi setelah menemani Pak Syaqar dan dua orang surveyor yang mengecek bangunan kapal perintis.

Begitu menginjak lantai tiga, aku seperti makhluk yang keluar dari dunia bawah. Aroma yang kubawa adalah besi tua bercampur elektroda las. Mereka, parfum berkelas. Blus mereka masih rapi, warna-warni. Sedangkan wearpack-ku lusuh dengan noda warna besi. 

“Hai Sahya, sini. Tinggal nunggu kamu aja ini.” Liana melambai ke arahku. 

Ada dua belas orang di sana. Mereka sudah menata meja ke tepi sehingga bagian tengahnya kosong dan dibuat lesehan beralaskan evamat. Tumpukan kardus makanan masih nyaman di dalam kresek besar. 

Rupanya ini acara syukuran ulang tahun Liana yang ke-25. Dia terus terang tak mungkin mengadakan party ala orang-orang yang kelebihan gaji. Semua yang ada di situ memaklumi. Ah, kupikir cewek-cewek ini bebas dari kutukan akhir bulan yang menyedot pemasukan. 

“Sahya, kenapa sih jarang main ke sini? Betah banget kumpul sama bajak laut lantai dua,” celetuk Liana yang disambung teman-teman lain. 

“Berasa princess ya?” Ucapan Indah langsung disusul permintaan maaf darinya. Mungkin takut menyinggungku. 

“Kerjaanku kan di sana. Gimana lagi? Istirahat aja seringnya masih nerusin kerjaan sambil makan,” sahutku. 

Memang lantai dua isinya cowok semua. Ada tiga divisi di sana. Desain, PPC dan Marketing. Jika Marketing perusahaan lain diisi cewek-cewek number one, di sini diisi bapak-bapak number one. Pesona dan cara bicara mereka ... halus. Makanya sering kupergoki teman-teman cewek bagian keuangan lebih pilih naik tangga daripada lift. Alasannya jelas, berfantasi sebentar dengan para pria mapan yang ruangannya berhadapan dengan tangga. Aku juga begitu di awal-awal dulu, sebelum Genta meniupkan rumor kalau Radite mau dipindah ke bagian Marketing. Bayangan Radite cekakakan di dalam ruangan Marketing langsung merusak fantasiku. 

“Eh, Sahya, Bang Radit apa kabar?” 

Lihat selengkapnya