RelationSHIP

Gusty Ayu Puspagathy
Chapter #41

BANGUNAN KAPAL LAMA RASA BARU

Jawablah pertanyaan berikut  

Dengan jawaban yang tepat 

Mengapa lebih pantas “bahtera rumah tangga” 

Bukan “pesawat rumah tangga”? 

 

Surat pengunduran diriku ditolak Radite dengan alasan belum ada stok pengganti. Aku memang belum mengatakan kalau Wirya memasukkan lamaran ke Tanjung Selaka. Aku ingin memberinya kejutan. 

Sebelum jam kerja dimulai, aku menemui Doni di ruang personalia. Aku ingin tahu perkembangan terbaru nasib lamaran Wirya yang sudah dimasukkan tiga minggu lalu. Katanya sudah ada panggilan. Kemungkinan hari ini, Wirya mulai bekerja di sini. Ada perasaan lega sesaat sebelum Doni memberi tahu info selanjutnya. 

“Pak Radite serius mau resign ya?” 

“Hah?! Bang Dit eh Pak Radite resign? Kabar dari mana itu, Mas Doni?” 

“Surat pengundurannya ditahan Pak Oefi. Tahu kenapa ditahan? Alasannya nggak masuk akal. Katanya dia pengen nikah sama kamu tapi kepentok aturan perusahaan.” Doni berusaha menahan tawa tapi bocor juga. “Atasanmu emang terlalu to the point ya, Sahya. Btw selamat ya.” 

Kepalaku seketika cenat-cenut. Kapan sih Radite berhenti meledakkan bom yang mengobrak-abrik perasaanku? 

Semua pasang mata penghuni ruang personalia memperhatikanku dengan senyum tipis. Aku yakin kabar ini sudah mereka dengar. Rasanya aku ingin menebalkan mukaku dengan berlapis-lapis kulit pangsit. Dasar Radite! 

Aku kembali ke ruangan DE dengan lapisan kilat astral yang siap menyambar Radite. Begitu melihatnya bergurau dengan Genta, kusemburkan segalanya. 

“Bang Dit mau resign kenapa nggak ngomong dulu? Padahal aku yang mengajukan pengunduran diri sebulan lalu. Kamu tolak. Terus siapa nanti yang jadi kepala di sini?” 

Sontak kehebohan terjadi di ruang DE. Semua memprotes keputusan Radite. Seperti artis yang tersandung kasus kontroversial, Radite dikepung dengan banyak pertanyaan. 

“Bentar aku siapkan mental dulu buat klarifikasi.” 

Radite berjalan ke meja kerjanya seperti mengambil selembar kertas. Tak lama dia kembali dan menyuruh kami duduk melingkar seperti akan mendengar briefing singkat. 

“Pertama, iya aku mengajukan pengunduran diri. Alasanku jelas, aku mau fokus membesarkan CV. CDMA. Tapi alasan utamaku ....” Radite tiba-tiba berlutut di depanku dan berusaha menggenggam jemariku, tapi lebih dulu kutepis karena malu. “Kamu Sahyang. Kamu sudah naik satu step mencapai cita-citamu. Nggak mungkin aku biarkan kamu resign tanpa perencanaan di mana kamu bakal kerja selanjutnya. Kamu masih butuh banyak belajar. 

“Kedua, aku pengen kamu jadi ibu kos, ibu pimpinan CDMA dan ... Bu Radite. Mau?” 

Genta, Acok, Pak Syaqar, Pak Manu dan Pak Mul serentak menjawab mau berkali-kali. Aku masih tercengang dengan tawaran Radite. Apa ini semacam lamaran? 

Aku tak bisa menahan tawaku yang mendadak meledak. Jelas mustahil berharap lamaran dengan kata-kata romantis ala penyair. Itu jelas bukan Radite. Namun yang membuat pecah tawaku adalah aku pernah bermimpi jadi pemilik CV. CDMA. Ini rahasiaku. Tak akan kuceritakan pada Radite sebab dia akan menggunakannya sebagai amunisi bahwa kami memang ditakdirkan bersama. 

Tidak ada sematan cincin di jariku sebagai tanda persetujuan. Jelas itu mengundang kericuhan lima orang pendukung kami. Bukan Radite kalau tak bisa membungkam mereka. Sebagai gantinya, Radite menyerahkan padaku selembar surat pernyataan kepemilikan tanah. 

“Cincin nggak payu. Langsung sertifikat tanah bos,” celetuk Acok. 

“Bos Yakuza mah bebas, Mas Acok,” sambung Genta. 

Kubaca surat pernyataan itu. Aku tak percaya bahwa kepemilikan tanah Mbah Kung yang pernah diselamatkan Radite dari penyitaan bank, dikembalikan atas namaku. 

“Ketiga ...,” lanjut Radite, “... kita semua tahu aturan perusahaan nggak boleh menjalin hubungan spesial dengan rekan kerja tapi ... aku masih dipertahankan sementara waktu sampai tiga bulan ke depan. Jadi kalian masih punya waktu kangen-kangenan sama aku. Terutama Setan.” 

“Dih ... amit-amit jabang bayi. Aman sentosa hidupku bisa ngghibah sama Sahya tanpa gangguan hati yang cemburu. Eh tapi Bandit, kalau situ dapet proyek tetep nggandeng kita kan?” 

Lihat selengkapnya