A sweet chaos, so confusing, but i like!
Gerakan minum Lily terhenti, karena botol yang di pegangnya berubah jadi buku tabungan. Bukan itu yang menganggu pikiran Lily, tapi ...
"What?? Where is my honey money!! Perasaan gue ngga beli apa-apa."
Pikirannya sudah kemana-mana, ada seseorang merampoknya, hipnotis sedang ramai belakangan ini.
"Polisi, gue harus lapor, iya, bener, polisi, mana sih?"
Efek panik merambat pada kerja otaknya, sekarang Lily mencari hanphone di lemari baju. Padahal benda itu ada di saku seragamnya.
Segera tombol power dipencetnya, papan dial pun terpampang menginterupsi agar cepat memasukan susunan angka.
Percobaan pertama gagal. Kedua masih belum berhasil. Ketiga, keempat, kesepuluh, membuat waktu hitung mundur muncul, menandakan kesalahannya sudah terlalu.
Lily memang pelupa, jadi dia jarang menggunakan pola-pola sandi dalam kehidupannya.
"Wait! Sejak kapan hp gue pake sandi? Dan ...."
Lily menemukan ada yang berubah pada kamarnya. Ruangan itu jadi abu, lebih sempit, dan yang terpenting rapi, sangat bertolak belakang dengan yang "dulu".
"Apa aku menyuruh orang merenovasi kamarku? Tapi kapan?"
Lily bergegas menghampiri pintu di pojok ruangan, mungkin ini hanya salah satu gudang di rumahnya. Tapi di balik papan kayu itu, lengang, hanya kesiur angin yang menyambut menerbangkan rambut hitamnya. Hanya terlihat jalanan sepi dengan lampu berjajar di tepinya.
"Lha kok?" Lily mulai frustasi sadar kini dia berada di sebuah "kotak" yang entah milik siapa.
Dalam langkah kembali, cermin di samping Lily menyapa, seperti membisikkan agar Lily datang mengunjunginya.