Akhirnya pertandingan basket telah usai dan dimenangkan oleh tim basket SMA INHIS. Sorak sorai dari pendukung terdengar sangat jelas dari pinggir lapangan dan kursi penonton. Piala dan piagam penghargaan juara 1 telah Rendi dan timnya dapatkan. Etsss, tunggu dulu, MC mengumumkan ada satu hal lagi dan meminta penonton agar tidak meninggalkan tempat ini. MC meminta agar Putri Indah Pitaloka maju ke tengah lapangan. What? Semua teman Putri menatap ke arahnya.
"Eh, Put, ada apa?" Bisik Nana.
"Aku juga gak tahu." Putri bingung kenapa namanya dipanggil. Sekali lagi MC memanggil nama Putri, membuat gadis ini melangkah perlahan menuju tengah lapangan dengan perasaan was-was. Putri yang sudah sampai di tengah lapangan terdiam saat mendengar suara lelaki yang tak asing di telinganya. Ya, benar itu Rendi yang keluar dari pintu samping lapangan dengan menggunakan pakain rapi, face shield, sebuah microphone kepala, dan sebuket bunga mawar merah yang ia pegang, membuat semua orang memandang pada lelaki tampan itu. Rendi yang mulai mengutarakan perasaan pada Putri, seketika suara lagu BlackPink-'Lovesick Girl' terdengar samar-samar dari lapangan ini. Seperti yang kita tahu Rendi merupakan fans berat BlackPink.
Rendi mulai berjalan menuju ketengah lapangan.
"Dari sudut jendela cakrawala, aku menemukan pelangi di ujung hujan yang reda. Di balik hempasan angin dingin, aku menemukanmu, sosok yang selalu memberikan kehangatan, lewat seuntai senyuman.
Aku tak tahu apa yang aku rasa, semuanya terasa indah saat melihat senyumanmu, aku bingung dengan perasaanku. Setiap menatap matamu, aku menemukan sesuatu yang hilang dariku. Aku tak bisa melupakanmu, aku selalu menyimpan rasa... rasa yang semakin hari, semakin tumbuh padamu.
Ehm... Di depan semua orang yang ada di tempat ini, aku ingin mengutarakan perasaanku. Aku sangat mengharapkanmu menerima perasaanku ini. Apa kamu memiliki perasaan yang sama seperti ku? Aku sangat mencintaimu." Putri hanya terpaku melihat Rendi yang mulai menyodorkan sebuket bunga mawar merah yang merupakan bunga kesukaannya.
"Jika kamu memiliki perasaan yang sama sepertiku, maka ambilah bunga ini. Jika tidak, pukul aku sekuat tenaga, biar aku sadar ... kamu tak akan penah menerima perasaanku ini." Putri hanya terdiam tanpa melakukan gerakan apapun. Ia berpikir, kalau ia menolak Rendi di tempat ini, maka Rendi akan malu dan jelas akan mempengaruhi nama baik SMAnya di mata murid SMA lain yang datang kepertandingan ini, pasti akan banyak rumor tentangnya juga. Hampir semua orang yang ada di tempat ini menyoraki mereka.
"Terima... Terima... Terima..." Putri yang melihat hal itu semakin bingung, hal apa yang harus ia lakukan. Ia tak mungkin membohongi perasaanya yang tak pernah menyimpan rasa pada Rendi, ia hanya menganggapnya teman. Teman-teman Putri tidak bisa menolongnya, mereka hanya bisa menatap Putri dari tempat mereka duduk, mendengar dengan seksama apa yang akan dijawab oleh Putri. Sedangkan cewek berjaket putih nampak sangat kesal hingga membuatnya melemparkan minumannya ke bawah. Aldi hanya terdiam sambil menatap ke arah lapangan.
"Hufh... andai aku tahu akan seperti ini, aku gak bakalan membantunya." Gumam Aldi sambil melipat tangannya di depan dada. Semua orang masih menunggu jawaban Putri yang belum ia ucapkan. Sekali lagi Putri menatap sekelilingnya. Akhirnya ia memutuskan memegang tangan Rendi dan menariknya untuk mengikutinya. Putri berlari sambil menggenggam tangan lelaki yang terlihat senang karena hal yang dilakukan Putri itu. Sedangkan di lapangan masih riuh. Aldi yang melihat cewek berjaket putih itu mulai beranjak dari posisinya, ia memutuskan mengirimkan pesan pada Bagas. "Gas, lihat ke belakang." Orang yang menerima pesan langsung menghadap ke arah belakang dan sontrak agak kaget karena ia melihat seorang cewek berjaket putih bermasker. "Jangan kaget, kita ikuti dia, bilang ke Radit juga. Jangan bilang ke yang lain, biar kita bertiga dulu yang menyelidikinya." Bagas mengangguk tanda ia mengerti dengan pesan Aldi. Intan, Nana dan Sisi mulai beranjak dari tempat duduk mereka dan mengejar Putri.
Putri yang memberhentikan taxi di depan gedung, membuat Nana segera menyuruh Intan agar cepat memesan taxi online. Mereka pun mengejar taxi yang ditumpangi Putri dan Rendi.
"Ish... Rendi tuh bikin aku kesel aja." Sisi jengkel.
"Kita akan mengikuti mereka." Sela Nana.
"Hufh, Rendi tuh nekat, udah tahu Putri gak suka sama dia ... tetep aja dia ngeyel." Imbuh Intan dengan wajah kesal.