Intan dan kedua temannya masih mengejar taxi yang ditumpangi oleh Putri. Namun, saat hampir menyalip taxi yang ditumpangi Putri, tiba-tiba taxi yang di pesannya mengalami masalah. Mereka pun kehilangan taxi yang mereka kejar. Intan, Nana, Sisi dan pak sopir keluar dari mobil.
"Ish, pak.... kenapa mobilnya?" Tanya Intan dengan wajah masam.
"Gak tahu mbak. Bannya bocor." Jelas pak sopir.
"Hah? Bocor, pak? Kita lagi buru-buru nih." Intan kesal dan merubah posisinya menghadap ke temannya sambil melipat tangannya di perut.
"Mobilnya kenapa, Tan?" Tanya Nana.
"Bannya bocor!" Ucap Intan ketus.
"Huh, kalau gini caranya kita benar-benar kehilangan jejak mereka." Jengkel Sisi.
"Aku buhungi Putri dulu." Nana merogoh ponselnya yang ada di dalam tas dan mencoba menelfon temannya itu, tapi tidak ada jawaban.
"Kita pesan taxi online lain saja." Ujar Nana sambil membuka applikasi pemesanan taxi online. Semua temannya mengangguk.
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" Intan menatap kedua temannya.
"Kita ke sekolah saja. Nunggu Putri dan introgasi dia saat sampai di sekolah." Jawab Sisi sambil mengelus-ngelus tangannya dengan wajah keponya, ia penasaran dengan jawaban Putri pada pernyataan Rendi tadi di tengah lapangan.
"Ho'oh, benar tuh. Siapa suruh dia pergi begitu saja tanpa mengucapkan satu patah kata pun." Intan menyetujui rencana Sisi yang akan mengintrogasi Putri saat sampai di sekolah. Taxi yang Nana pesan telah sampai. Mereka bertiga pergi menuju sekolah.
Radit masih bingung kenapa pak polisi memberhentikan mobilnya, ia keluar dari mobil dengan wajah polosnya.
"Selamat sore, pak." Sapa Radit sambil membungkukkan badannya.