Tak sengaja di depan pintu keluar Putri menabrak Johan yang sebananya sedang menunggunya.
"Eh, maaf kak." Ucap Putri sambil menundukkan wajahnya.
"Ikut aku sebentar. Ada yang ingin aku bicarakan." Ucapnya pelan.
"Maaf, gak bisa kak." Putri melangkahkan kakinya, tapi tiba-tiba Johan memegang tangannya pelan.
"Please. Sekali ini saja." Mohon Johan. Ia mengajak Putri ke taman sekolah yang terlihat sepi sekarang.
"Ada yang ingin aku bicarakan. Sebelumnya maaf karena mengirimkanmu pesan ancaman malam itu." Putri termenung sejenak.
"Sebenarnya ada apa, kak?" Tanya Putri yang masih bingung.
"Apa kamu ingat, pesanku yang memintamu pergi ke gudang lantai 3 malam itu?"
"Jadi kakak yang mengirimkan pesan itu?" Wajah Putri agak kesal.
"Iya, malam itu adalah ulang tahunku. Aku ingin merayakannya bersamamu. Aku ingin mengutarakan perasaanku padamu malam itu. Namun, saat itu aku menganggapmu gak bakalan datang. Jadi aku taruk buket bunga mawar dan kotak yang berisi coklat di depan basecampmu. Aku tak mengira hal itu bisa berdampak seperti ini. Tolong maafin aku, Put." Pinta Johan.
"Seharusnya kakak gak lakuin hal itu, tapi semuanya sudah terjadi. Jadi gak usah bahas lagi. Aku pergi dulu kak." Ucap Putri yang terlihat sangat kecewa pada Johan. Putri meninggalkan Johan.
"Maafkan aku, Put. Aku akan mencari pelaku itu." Ucap Johan yang mulai beranjak dari posisinya menatap Putri yang sudah berlalu dari pandangannya, ia pun memutuskan menuju kelas XI IPA 3 untuk menemui teman-teman Putri, tapi semua teman Putri tidak ada di kelas hanya Rendi yang terlihat termenung di kursinya.
***
"Masalah kompetisi dance kita lupakan dulu, kita harus bantu Putri... itu yang terpenting sekarang." Tegas Intan sebagai wakil leader. Semua temannya setuju dengan keputusan Intan.
"Iya, aku setuju. Aku yakin, Putri gak lakuin hal itu. Kita harus selidiki masalah ini." Radit sangat bersemangat untuk menyelidiki hal ini.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Bagas. Tiba-tiba Aldi membuka pintu basecamp, membuat semua orang yang ada di ruangan ini menatap ke arah pintu. Aldi pergi ke basecamp karena barusan Radit menelfonnya agar segera ke ruangan ini.
"Eh, Al. Ayok sini." Panggil Intan. Aldi pun mendekat ke arah teman-temannya yang sedang berkumpul.
"Aku bingung siapa pelaku sebenarnya dalam masalah ini." Sisi melipat tangannya sambil berpikir.
"Hmm... boleh aku jujur!" Ucapan Aldi yang ambigu membuat teman-temannya bingung.
"Jujur soal apa, Al?" Tanya Intan.
"Sebenarnya aku tahu tentang masalah Putri. Dan aku mencurigai seseorang dalam kasus malam itu."
"Hah?!! Kamu tahu masalah sebesar ini? Dan gak ngasih tahu kami?! Kamu tau dari siapa?" Tanya Radit dengan nada suara agak dinyaringkan karena Aldi tidak menceritakan hal itu padanya.
"Putri yang menceritakan hal itu padaku. Sebenarnya aku disuruh agar tidak memberi tahu kalian tentang masalah ini." Imbuhnya membuat semua temannya meliriknya penuh curiga.
"Kenapa seperti itu?" Teriak Intan kesal sambil melotot pada Aldi.
"Karena Putri tidak ingin melibatkan kalian dalam masalah ini. Aku yakin dia sangat sayang kalian, sahabatnya." Ucap Aldi menenangkan teman-temannya.
"Aku akan menemukan pelaku itu!! Aku berjanji, besok Putri akan kembali ke sekolah ini, dan menjadi leader kita lagi." Tegas Radit penuh gelora semangat yang menggebu untuk menemukan pelaku sebenarnya dalam kejadian malam itu. Mereka semua bersemangat membantu Putri untuk menyelesaikan masalah salah paham itu. Mereka melakukan yel-yel pemersatu mereka.
"Infidaco!!! Semangat ... Semangat!!! Dalam hati, jiwa dan raga kita satu! Infidaco selamanya..! Yeah..." Sehabis melakukan yel, mereka menyusun rencana untuk mengungkap masalah ini.
"Tapi-" Suara Intan terhenti saat ada ketokan pintu. Intan pun beranjak dari posisinya dan membuka pintu.