Oleh: Dr. Sudaryanto
—linguis peneroka hakikat bahasa salah seorang pendiri Masyarakat Linguistik Indonesia
Membicarakan sesuatu tanpa landasan pengetahuan yang cukup agaknya kurang elok. Adapun pengetahuan yang cukup itu terutama yang bersifat ilmiah alias ilmu pengetahuan khusus. Jika kita membicarakan seluk-beluk jiwa, ya ilmu jiwalah landasannya; kalau seluk-beluk ekonomi, ya ilmu ekonomi. Jadi, kalau yang dibicarakan bahasa, ya ilmu bahasa.
Di Indonesia, ilmu yang dipelajari, terutama di pendidikan formal dari tingkat sekolah lanjutan sampai dengan perguruan tinggi, boleh dikatakan awalnya hampir seratus persen bukan berasal dari nenek moyang yang bermukim di bumi Nusantara, melainkan dari negara-negara Barat yang sudah maju. Hal itu terbukti dari nama ilmunya yang tidak menggunakan kata bahasa Melayu yang berkembang menjadi bahasa Indonesia atau kata bahasa ibu suku bangsa kita, tetapi menggunakan bahasa “sana”, satu kata yang terdiri atas dua bagian, isi dan wadahnya (sosio-logi, astro-nomi, semio-tika, dst.).
Dalam kaitan ini, kecuali generasi melenial, kebanyakan dari kita adalah generasi pertama di keluarga inti kita masing-masing yang mengenyam pendidikan tinggi sampai dapat mempelajari ilmu tertentu secara relatif utuh. Karena generasi pertama penerima ilmu impor itu, tidak mengherankan bila konsep-konsep penting yang ada dalam sesuatu ilmu (pengetahuan) disebut saja langsung sesuai dengan “asli”-nya. Salah satu dari ribuan konsep yang ada, yang mencakupi cabang ilmu apa saja, adalah konsep yang disebut dengan kata research, yang jelas-jelas menampakkan diri lewat ejaan latinnya sebagai kata asing (c.q. Inggris). Pada zaman Orde Lama, kata itu secara utuh masuk dalam warga bahasa Indonesia menjadi nama resmi suatu departemen, yaitu Departemen Urusan Research Nasional Republik Indonesia. Departemen itu pada 1965 berhasil menerbitkan empat jilid buku monumental berjudul Research di Indonesia 1945-1965 yang editor koordinatornya M. Makagiansar; dan editor setiap jilidnya masing-masing Poorwo Soedarmo (bidang kesehatan), R.M. Soemantri (bidang Teknologi dan Industri), Sadikin Sumintawikarta (bidang pertanian), dan Widjojo Nitisastro (bidang ekonomi, sosial, dan budaya).
Yang menarik, sebagian penyumbang tulisan dalam bidang itu, kecuali memberi judul tulisannya menggunakan kata research1, ada juga yang menggunakan kata penjelidikan2 dan kata penelitian3.