Remains Nameless

Adinda Amalia
Chapter #8

Chapter 07: Tentang Fenon

Keesokannya, Margaret memberikan libur untuk Herscher dan Fenon karena mengirim keduanya untuk rapat bulanan di Balai Desa Salten. Kegiatan yang rutin dilakukan untuk melaporkan setiap kegiatan produksi dan perdagangan maupun musyawarah terkait kegiatan pasar apabila diperlukan, untuk memastikan semua berjalan lancar. 

Rapat telah selesai dari lima menit lalu, beberapa orang berpindah dari meja panjang di tengah balai ke pinggiran maupun halaman. Tersisa Herscher dan Fenon di sana. Fenon masih terlalu lelah untuk kembali ke Mosche, sedangkan Herscher agaknya memang masih belum ingin beranjak karena mendapati sesuatu yang lebih menarik baginya di sini.

“Hei, Bung. Kulihat ada yang berkunjung ke rumah Huddy kemarin.”

Fenon meletakkan kepala di meja dengan lesu sejak tadi. Dia membalas dengan singkat dan agak lirih, “Salah satu dari keluargaku… kurasa.”

“Kau rasa? Bahkan untuk mengatakan hal sesederhana itu kau bimbang?”

Fenon menghela napas. “Pada diriku, hal itu tidak sederhana.”

Senyuman yang sejak tadi ada di muka Herscher—tampak menyebalkan di mata Fenon—terangkat kian tinggi. “Sekarang, ini benar-benar menjadi menarik. Orang itu, pakaiannya yang sederhana mungkin bisa membuat perhatian para orang tua teralihkan. Namun, jangan meremehkan anak muda. Kau pikir kami tak tahu? Dia pemimpin Kerajaan Baron saat ini, ‘kan?”

“Lirihkan suaramu,” kata Fenon, agak kesal, sebelum kembali ke nada biasa, “Dia hanya kakakku,” lanjutnya sambil menghela napas, tak terlihat ingin melanjutkan pembicaraan ini.

“Jadi, dia berasal dari Baron juga?”

Fenon rasanya masih sangat letih. Tidak tak beranjak dari posisi semula. Masih meletakkan kepada kedua tangan yang dilipat di sisi meja. Dia lebih lelah—rasanya masih terguncang—setelah kedatangan dan sekian ucapan Kevin kemarin. Fenon asal menjawab dengan lesu, asal Herscher terdiam, “Iya….”

“Dia begitu sopan dan lembut, juga tenang. Persis seperti pria yang berkelas. Keluarganya terpandang?”

“Memang…,” lagi-lagi Fenon asal menjawab tanpa banyak berpikir, nada bicaranya masih lesu.

“Banyak orang pasti mengaguminya, ya. Dia benar-benar seorang teladan.”

Fenon bergumam singkat.

“Maka karena itu seluruh orang Baron senang hati menurut padanya?” Tatapan remaja lelaki tersebut makin tajam, jelas-jelas bahwa kondisi Fenon yang seperti setengah sadar itu dimanfaatkan untuk menggali informasi.

Lalu, masih dengan logat sama masih tanpa waspada, Fenon asal menjawab, “Tentu.”

Herscher langsung berteriak, “Kan apa kubilang! Raja Baron XVI!”

“Hah? Dimana ada Raja Baron?” Wolten, pria tiga puluh delapan tahun, Kepala Desa Salten alias Kepala Pengurus Perdagangan Pulau Easust, tiba-tiba muncul dari halaman samping balai desa. Belum lagi, suaranya begitu kencang dan menggelegar, jelas-jelas terdengar oleh semua orang di sekitar.

Fenon langsung mengangkat kepala. Menatap lelaki di depannya dengan kesal sambil menepuk jidat. “Herscher… bukankah sudah kubilang untuk bicara pelan-pelan…?”

Namun, meski Fenon membela demikian, Wolten telah berjalan mendekat ke meja besar, juga beberapa orang lain. Muka mereka tidak ada yang menghakimi, semuanya murni penasaran, terkejut, dan kagum.

Lantas, dengan demikian, kini Fenon terpaksa harus menceritakan kepada semua orang di sana. “Dasar Herscher….”


Fenon adalah lelaki yang berasal dari Pulau Baron.

Pulau Baron merupakan sebuah wilayah yang berada dalam administrasi Kerajaan Baron. Di dalamnya, hanya terdapat satu kota, yaitu Kota Baron. Sebuah kota dengan bangunan-bangunan besar, padat, membentang di sepanjang jalan. Benteng tinggi dan tebal mengelilingi, menjaga dari berbagai ancaman dan serangan. Dari ujung kota, bahkan sebuah bangunan yang paling tinggi di timur laut sudah terlihat jelas. Itulah Istana Kerajaan Baron—bangunan paling besar di Kota Baron. Halamannya pun luas, dihias dengan sebuah kolam dengan air mancur.

Pulau Baron dan Kota Baron dikelola oleh Kerajaan Baron, dengan pemimpin seorang raja, yang jabatannya diberikan secara turun-temurun. Silsilah keluarga inti bangsawan ditulis secara jelas dan diresmikan melalui acara pernikahan dan perayaan kelahiran putra-putri.

Begitu pula yang terjadi ketika Raja Baron XV resmi diangkat di hari pernikahannya. Selang beberapa tahun kemudian, silsilah keluarga kembali diperbarui dalam acara perayaan kelahiran putra pertamanya, Kevin Clarrence Baron.

Istana sangat berbahagia oleh kehadiran putra mahkota yang telah ditunggu-tunggu. Kevin kecil dipuji-puji oleh seluruh kerabat bangsawan. Dicintai, disanjung, diajari berbagai hal, dan dihormati. Rakyat ikut bersenang hati menyambut sang pewaris tahta.

Namun, selang tiga tahun kemudian, keadaan istana diam-diam sedikit berubah. Hanya kerabat bangsawan yang mengetahui. Rakyat bahkan tak tahu apa-apa. Seorang wanita asing dan bayi laki-laki baru lahir, hadir di istana. Tanpa didahului dengan acara pernikahan siapa pun, apalagi perayaan kelahiran seorang anak yang lebih belia dari Kevin.

Itulah seorang Fenon Hugh.

Lihat selengkapnya